Proses Pemendekan Telomer |
Protein atau Enzim yang Berperan dalam Replikasi DNA (baru)
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa replikasi DNA adalah proses penggandaan, penyalinan, atau pengcopian DNA dari suatu organisme. Dalam prosesnya, pilinan / untaian ganda dari DNA akan dibuka dan masing-masing untaian akan menjadi template/cetakan. Replikasi DNA sangat penting dalam pembelahan sel dan reproduksi, karena memastikan bahwa setiap sel turunan menerima salinan lengkap dari informasi genetik yang terkandung dalam DNA. Replikasi DNA juga memungkinkan sel untuk memperbaiki kerusakan pada molekul DNA yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, seperti radiasi dan bahan kimia berbahaya.
Protein / enzim helicase yang berperan dalam replikasi DNA |
Single-stranded binding protein (SSB) atau protein pengikat untai tunggal |
Topoisomerase memodifikasi struktur DNA sehingga tidak berbelit ketika akan direplikasi |
DNA polimerase III berperan mensistesis untai DNA baru dengan menambahkan nukleotida pada Primer RNA atau nukleotida yang sudah ada |
Fungsi DNA polimerase I adalah mengganti primer RNA yang ada pada untaian DNA dengan Nukleotida DNA |
DNA ligase (kanan) merupakan enzim yang berfungsi untuk menghubungkan fragmen-fragmen okizaki pada lagging strand |
Penyebab terjadinya Variasi Genetik
Mengapa wajah kita berbeda dengan wajah orang lain?
Mengapa wajah saudara kembar pun berbeda?
Oke, perbedaan tersebut disebabkan oleh
adanya variasi genetik. Variasi genetik terjadi dalam perkembangbiakan secara seksual.
Variasi genetik inilah yang sangat berkontribusi terjadinya evolusi. Variasi
genetik merupakan titik awal dari evolusi. Evolusi telah terjadi jika variasi
genetik terus terjadi dan anakan yang dihasilkan sudah sangat berbeda dengan
nenek moyangnya.
Salah satu peristiwa yang menyebabkan
variasi genetik adalah terjadinya pembelahan meiosis. Pada meiosis terjadi
pemisahan kromosom secara acak dan crossing over.
Pemisahan acak / segregasi acak
Pemisahan kromosom secara acak adalah proses di mana kromosom-kromosom yang terduplikasi selama tahap mitosis atau meiosis dipisahkan secara acak ke dalam sel anak.
Selama meiosis, pemisahan acak kromosom terjadi dua kali. Selama meiosis I, homolog kromosom dipisahkan secara acak ke dalam sel anak, sehingga setiap sel anak menerima satu salinan dari setiap kromosom homolog. Selama meiosis II, kromatid-kromatid dipisahkan secara acak ke dalam sel anak, sehingga setiap sel anak menerima satu salinan dari setiap kromosom.
Setiap pasang kromosom homologus mempunyai posisi acak pada tahap metafase I sehingga akan terjadi kombinasi susunan kromosom / variasi genetik pada sel anakan. Jumlah kombinasi atau variasi yang terjadi dapat dihitung dengan rumus 2n, dengan n adalah jumlah pasang kromosom. Manusia mempunyai 23 pasang kromosom sehingga perhitungannya adalah 223 = 8,4 juta kombinasi. Jika ditambah lagi dengan kombinasi / variasi genetik yang dihasilkan dari crossing over maka kombinasi / variasi genetik yang dihasilkan dari proses meiosis akan lebih dari 8,4 juta.
Segregasi acak atau pemisahan acak pada pembelahan meiosis |
Crossing over
Crossing over adalah proses bertukarnya
sebagian kromosom antara dua kromosom homolog. Hal tersebut terjadi pada saat prophase
I dan terjadi pertukaran materi genetik antara kedua kromosom.
Crossing over terjadi pada suatu titik /
lokasi yang disebut dengan disebut kiasma. Kiasma terbentuk ketika suatu enzim
menggerakkan bagian dari kromosom homolog ke arah yang berbeda, sehingga
bagian-bagian kromosom tersebut terpotong dan terjadi pertukaran. Proses ini
dapat menghasilkan variasi genetik yang baru pada keturunan yang dihasilkan.
Detail tejadinya crossing over |
Setelah
fase interphase, kromosom diduplikasi dan sister kromatid disatukan oleh
protein kohein. Pada awal prophase I, pasangan kromosom homolog tidak terlalu
mampat. Setiap gen pada satu homolog diselaraskan dengan presisi dengan alel
yang sesuai dari gen tersebut pada homolog lainnya.
DNA dari
kromatid non sister diputus oleh protein spesifik pada titik-titik tertentu. Kemudian
terbentuk struktur seperti ritsleting yang disebut dengan kompleks sinaptonemal
menahan satu homolog erat ke homolog lainnya. Terjadi penggabungan kembali DNA
yang terputus pada daerah yang disebut dengan sinapsis. Crossing over terjadi
ketika DNA dari suatu kromatid bersambungan dengan DNA dari non sister
kromatid.
crossing over menghasilkan kromosom rekombinan |
Dalam ilustrasi tersebut, terlihat dua kromosom homolog yang saling bersilangan dan terjalin bersama. Kemudian, enzim rekomendasi memotong bagian kromosom homolog dan saling menukar fragmen yang terpotong tersebut. Akhirnya, kedua kromosom homolog dipisahkan dan menjadi sel-sel haploid yang memiliki kombinasi genetik yang unik.
Fertilisasi acak (Random Fertilization)
Proses fertilisasi atau pembuahan bersifat acak sehingga menghasilkan variasi genetik yang besar pada keturunan yang dihasilkan. Random Fertilization / Fertilisasi acak adalah proses pembuahan di mana pasangan gamet jantan dan betina yang bersifat acak atau tidak terduga, sehingga menghasilkan variasi genetik yang besar pada keturunan yang dihasilkan. Setiap gamet mengandung kombinasi kromosom yang berbeda-beda, dan pasangan gamet yang membuahi secara acak, sehingga setiap keturunan memiliki kombinasi genetik yang unik. Hal ini meningkatkan keanekaragaman genetik di antara individu dalam populasi.
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa masing-masing gamet jantan dan betina merupakan
hasil dari 8,4 juta kemungkinan (223) kombinasi atau variasi akibat dari
perisiwa pemisahan secara acak pada meiosis. Oleh karena itu zigot hasil
fertilisasi / pembuahan mempunyai kemungkinan kombinasi sebanyak 70 triliun
berdasarkan rumus 223 *223. Jika ditambah lagi dengan variasi akibat dari
crossing over, jumlahnya menjadi lebih banyak lagi.
Jadi
sudah paham kan,Mengapa wajah kita berbeda dengan wajah orang lain?
Demikian postingan tentang Penyebab terjadinya Variasi Genetik. Semoga Bermanfaat
Pembelahan Meiosis dan Kromosom pada Manusia
Kromosom Manusia
Kromosom sebenarnya
adalah untaian DNA yang tergulung atau termampatkan. Manusia memiliki 46
kromosom yang terdiri dari 23 pasang. Ketika terjadi pembelahan mitosis,
kromosom akan sangat mampat dan dapat diamati menggunakan mikroskop sehingga
dapat dibedakan antara kromosom satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pengamatan kromosom saat terjadi pembelahan mitosis terdapat 23 jenis / tipe kromosom. Setiap jenis / tipe terdiri dari 2 kromosom sehingga totalnya ada 46 kromosom. Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan kromosom, diantaranya adalah kariotipe dan kromosom homolog. Kariotipe adalah penyusunan pasangan kromosom berdasarkan ukurannya. Penyusunan dimulai dari kromosom yang memiliki ukuran terpanjang.
Kariotipe : Penyusunan kromosom berdasarkan ukurannya |
Kromosom homolog adalah kromosom yang mempunyai panjang dan posisi sentromer yang sama. Kromosom mempunyai bagian-bagian yang menyandikan gen. Bagian tersebut
disebut dengan lokus.
Ada 2 jenis kromosom pada manusia yaitu kromosom sex dan autosom. Kromosom
sex adalah kromosom yang mempunyai gen penentu jenis kelamin. Autosom adalah
kromosom selain kromosom sex.
Kromosom homolog mempunyai lokus-lokus yang menyandikan gen serupa. Misalnya, suatu
kromosom pada salah satu lokusnya mempunyai gen yang
menyandikan warna kulit maka kromosom homolognya juga mempunyai lokus
yang berisi gen penyandi warna kulit.
Sehingga dari total 46 kromosom yang dimiliki oleh manusia, 23 kromosom
berasal dari ayah (paternal) dan 23 kromosom berasal dari ibu (maternal).
Sel yang mempunyai kromosom homolog disebut dengan sel diploid (2n)
sedangkan sel yang tidak mempunyai kromosom homolog disebut dengan sel haploid
(n).
Ketika terjadi sintesis DNA, tiap-tiap kromosom akan berduplikasi
membentuk kromatid. Kromatid yang identik disebut dengan sister kromatid. Kromatid
yang identik terhubung pada sentromer.
Kromosom homolog, sentromer dan sister kromatid |
Siklus hidup
manusia diawali dengan terjadinya fertilisasi atau pembuahan. Fertilisasi
adalah bertemunya sel sperma dan sel telur. Sel sperma dan sel telur merupakan
sel haploid (n). Fertilisasi menyebabkan fusi atau penyatuan antara inti sel
sperma dan sel telur sehingga menghasilkan zigot yang haploid (2n). Zigot tersebut
akan membelah secara mitosis berkali-kali hingga membentuk janin.
Fertilisasi dan pembelahan meiosis pada manusia |
Ada dua jenis pembelahan sel, yaitu pembelahan mitosis dan pembelahan
meiosis. Pembelahan mitosis terjadi pada sel-sel somatic menghasilkan sel
diploid (2n). Pembelahan meiosis terjadi pada testis dan ovarium menghasilkan
sel haploid. Testis menghasilkan sel sperma dan ovarium menghasilkan sel telur.
Ada 2 jenis pembelahan sel, yaitu pembelahan meiosis dan pembelahan mitosis.
Dalam postingan ini akan dibahas tentang pembelahan meiosis
Pembelahan Meiosis
Pembelahan meiosis adalah pembelahan sel diploid (2n) menjadi sel
haploid (n). Ada beberapa tahapan dalam pembelahan meiosis yaitu :
- Profase I
Profase I merupakan tahap awal dari pembelahan meiosis. Selama profase
terjadi beberapa hal yaitu :
1. Selaput inti sel mulai terdegradasi.
2. Terjadi perpindahan sentrosom pada kutub yang berlawanan
3. Terjadi pembentukan benang spindle
4. terjadi pemampatan kromosom
5. Tiap-tiap kromosom berdekatan dengan homolognya
6. Mikrotubus mulai menempel pada kinetokor pada tiap-tiap kromosom
homolog
Tahap profase I pada pembelahan meiosis |
- Metafase I
Tahapan metafase I ditandai dengan pasangan kromosom berjajar pada
lempeng metaphase. Lempeng metaphase adalah garis lurus diantara dua sentrosom.
Kromosong siap ditarik ke masing-masing kutup.
Tahapan metafase I pada pembelahan meiosis |
- Anafase I
Tahapan anafase I ditandai dengan ditariknya kromosom ke kutup berbeda.
Tiap-tiap kromosom pada pasangan kromosom homolog ditarik ke kutup yang
berbeda.
Tahapan anafase I pada pembelahan meiosis |
- Telofase I dan sitokinesis
Tahap telofase ditandai dengan telah berkumpulnya kromosom di tiap-tiap
kutup yang berlawanan dan diikuti dengan proses pembelahan sel sehingga
terbentuk 2 sel haploid. Tidak terjadi duplikasi kromosom diantara meiosis I
dan meiosis II. Kemudian diikuti dengan pembelahan sel.
Telofase I dan sitokinesis pada pembelahan meiosis |
- Prophase II
Hampir sama dengan tahap profase I, tahap Profase II ditandai dengan
terjadi perpindahan sentrosom pada kutub yang berlawanan, terjadi pembentukan
benang spindle. Tiap-tiap kromosom masih terdiri dari dua kromatid yang
terhubung dengan sentromer. Pada tahap akhir profase II, terjadi pergerakan
kromosom ke lempeng metafase.
Tahap profase II pada pembelahan meiosis |
- Metafase II
Pada tahap metafase II, tiap-tiap kromosom berjajar pada lempeng metafase
dan kromatid siap untuk ditarik ke kutup yang berbeda.
Tahap metafase II pada pembelahan meiosis |
- Anafase II
Di tahap anafase II, kromatid dari tiap-tiap kromosom ditarik ke kutup
yang berbeda, sehingga setiap kromatid akhirnya menjadi krmomosom tunggal.
Tahapan anafase II pada pembelahan meiosis |
- Telofase II dan sitokinesis
Dalam tahapan telofase II dan sitokinesis, inti sel mulai terbentuk.
Proses pembentukan inti sel ditandai dengan mulai munculnya selaput inti.
Kromosom mulai memampat dan kemudian diikuti dengan sitokinesis.
Tahapan Telofase II yang diikuti sitokinesis pada pembelahan meiosis |
Dalam pembelahan meiosis, 1 sel induk diploid akan menghasilkan 4 anakan
sel haploid. Empat anakan yang dihasilkan memiliki sifat yang berbeda dengan
induknya karena telah terjadi crossing over.
Dapat disimpulkan bahwa pembelahan meiosis dikelompokkan menjadi dua,
yaitu meiosis I dan meiosis II. Dalam meiosis I, terjadi pemisahan kromosom
homolog sedangkan dalam meiosis II terjadi pemisahan sister kromosom.
Demikian postingan tentang Pembelahan Meiosis dan Kromosom pada Manusia, semoga bermafaat.
Morfologi, Siklus hidup, gejala dan Pengobatan Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Cacing tambang merupakan parasit yang paling umun
menginfeksi manusia. Tidak seperti malaria, amoebiasis, atau
schistosomiasis, infeksi cacing tambang tidak terlalu mendapat perhatian di
dunia medis walaupun sangat berpengaruh pada populasi manusi. Infeksi cacing
tambang secara bertahap dapat melemahkan kekuatan dan vitalitas korbannya. Ada
dua spesies cacing tambang yang seringkali menginfeksi manusia, yaitu Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus.
Morfologi Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Ancylostoma duodenale lebih patogen daripada Necator americanus serta memiliki bentuk morfologi yang lebih besar. Ancylostoma duodenale betina mempunyai panjang 9-13 mm sedangkan yang jantang mempunyai panjang 5-11 mm. Sistem reproduksi tergolong didelfis, yaitu memiliki ovarium ganda. Sedangkan yang Ancylostoma duodenale jantan hanya memiliki satu testis. Ujung posterior Ancylostoma duodenale jantan memiliki struktur yang mirip dengan payung serta memiliki jari-jari yang mirip dengan tulang rusuk. Struktur tersebut disebut dengan copulatory bursa yang berfungsi untuk menempel pada vulva betina saat kopulasi.
Telur cacing tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Telur Ancylostoma duodenale dan Necator americanus sangatlah mirip. Hanya saja telur Necator americanus berukuran lebih besar, yaitu mempunyai panjang 64-76 um dan lebar 36-40 um. Telur dari kedua spesies tersebut memiliki cangkang tipis dan transparan dan ujung yang membulat.
Gambar cacing tambang dewasa: a) Jantan, b) Betina |
Siklus Hidup Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Manusia merupakan inang dari Ancylostoma duodenale sedangkan Necator americanus inang umumnya adalah anjing. Telur akan keluar dari inang bersama dengan feses. Dalam kondisi optimal (suhu 23-22 derajat celcius) larva rhabditiform akan terbentuk dalam 1-2 hari dan menetas. Larva rhabditiform yang baru menetas mempunyai ukuran 275 um. Larva tersebut akan memakan bakteri dan sisa-sisa bahan organik. Ukuran larva akan bertambah menjadi 2 kali lipat setelah 5 hari. Setelah dua kali ganti kulit, larva rhabditiform menjadi larva filariform. Larva filariform merupakan larva yang tidak makan (nonfeeding) dan infektif. Larva filariformlah yang akan menginfeksi inangnya, termasuk manusia.
Larva cacing tambang necator americanus menginfeksi tubuh manusia melalui kulit. Infeksi pada manusia terjadi ketika larva filariform menembus kulit, biasanya pada kaki dan tungkai. Jalan masuk dari larva tersebut adalah melalui folikel rambut, pori-pori dan kulit yang lecet. Setelah penetrasi, larva memasuki sistem limfatik inang, bermigrasi ke sisi kanan jantung, dan memasuki paru-paru melalui arteri pulmonalis. Setelah keluar dari kapiler paru-paru, larva memasuki alveoli dan bermigrasi naik ke saluran pernafasan atas. Setelah itu akan masuk ke sistem pernafasan setelah tertelan. Begitu larva mencapai usus, larva akan masuk ke dalam ruang antarvili. Larva menjadi dewasa secara seksual 5 sampai 6 minggu pasca penetrasi.
Gambar siklus hidup cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) |
Gejala dan diagnosis Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Ada tiga tahapan ketika cacing tambang menginfeksi manusia, yaitu invasi, migrasi, dan perkembangan di usus. Invasi dimulai ketika larva infektif menembus kulit manusia. Ketika penetrasi terjadi pada kulit bagian superfisial, terjadi reaksi seluller dan reaksi inflamasi dengan tujuan agar dapat mengisolasi dan membunuh larva.
Fase migrasi adalah fase ketika larva keluar dari kapiler di paru-paru, memasuki alveoli, bronkus dan tenggorokan. Larva terkadang akan berhenti di paru-paru, berkembang dan bereproduksi layaknya di usus. Hal tersebut menyebabkan terjadinya sensasi rasa terbakar di paru-paru.
Fase perkembangan dan diagnosis Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Cacing tambang betina akan menempel pada mukosa usus, jarang sampai menembus di luar otot usus. Infeksi cacing tambang menyebabkan rasa sakit dan rasa terbakar di daerah perut, disertai mual, muntah, dan diare.
Setelah mencapai usus kecil, cacing muda menggunakan kapsul bukal dan gigi-giginya untuk melukai mukosa usus dan minum darah inangnya. Kelenjar ludah dari Ancylostoma duodenale dan Necator americanus mengandung antikoagulan. Antikoagulan adalah suatu zat yang mampu menghambat proses pembekuan darah sehingga cacing dapat dengan mudah mengisap darah. Oleh karena itu penderita penyakit cacing ini biasanya akan mengalami anemia dan defisiensi nutrisi.
Diagnosis yang paling depat dan akurat adalah dengan cara identifikasi larva rhabditiform atau filariform dalam tinja.
Pengobatan cacing tambang Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Beberapa obat dapat secara efektif mengobati infeksi cacing tambang. Obat-obat yang dapat membasmi cacing tambang diantaranya adalah mebendazol atau albendazol. Pengobatan dengan mebendazol atau albendazol selama tiga hari berturut-turut secara efektif mampu menyembuhkan serangan cacing tambang.
Demikian postingan tentang Morfologi, Siklus hidup, gejala dan Pengobatan Cacing Tambang Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.
Semoga Bermanfaat
Siklus Hidup, Penularan, Gejala terinfeksi, Pengobatan, dan Pencegahan Strongyloides stercoralis
Morfologi Strongyloides stercoralis
Strongyloides stercoralis merupakan nematoda dari kelas Secernentea. Strongyloides stercoralis mempunyai tiga macam siklus hidup yaitu hidup bebas (Free-living Phase), sebagai parasit (Parasitic Phase) dan autoinfeksi (autoinfectious). Pada Strongyloides stercoralis yang hidup bebas (Free-living Phase) terdapat individu jantan dan betina. Sedangkan pada Strongyloides stercoralis yang parasit (Parasitic Phase) hanya terdapat betina protandrogonous. Di awal pertumbuhanya, betina protandrogonous sebenarnya mempunyai sistem reproduksi jantan, namun akan berlahan-lahan hilang dan organ reproduksi betina terus berkembang sehingga memberikan kesan bahwa cacing Strongyloides stercoralis bereproduksi secara partenogenesis.
Betina protandrogonous memiliki panjang sekitar 2,0 mm dan lebar 0,04 mm. Strongyloides stercoralis jantan yang hidup bebas mempunyai panjangnya sekitar 1,0 mm sedangkan betina yang hidup bebas panjangnya sekitar 2,0 hingga 2,5 mm. Uterus Strongyloides stercoralis yang hidup bebas mengandung lebih banyak telur daripada betina protandrogonous.
a) Strongyloides stercoralis Betina protandrogonous, b). Strongyloides stercoralis jantan (Free-living Phase), c). Strongyloides stercoralis betina (Free-living Phase)
Siklus Hidup cacing Strongyloides stercoralis
1. Fase hidup bebas (Free-living Phase)
Strongyloides stercoralis dapat hidup bebas di tanah lembab dan iklim hangat. Kopulasi antara cacing jantan dan cacing betina terjadi di dalam tanah. Ketika sperma telah menembus oosit, inti sperma akan hancur. Penetrasi sperma hanya mengaktifkan oosit untuk berkembang secara partenogenetik tanpa memberi kontribusi pada materi genetik embrio yang sedang berkembang. Telur akan menetas di tanah. Larva rhabditiform akan memakan sisa-sisa bahan organik. Setelah melewati 4 kali molting, larva akan menjadi dewasa secara seksual kemudia siklus akan berulang.
Namun, jika lingkungan menjadi tidak ramah, larva rhabditiform berganti kulit dua kali kemudian menjadi larva filariform. Larva tersebut tidak makan dan merupakan bentuk infektif bagi manusia.
2. Fase sebagai parasit (Parasitic Phase)
Ketika manusia bersentuhan dengan larva filariform. Larva kemudian dengan mudah menembus kulit kemudian masuk ke pembuluh darah atau pemluluh limfa. Larva filariform lalu masuk ke jantung dan bersama darah masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru terjadi molting yang ketiga, larva pecah dari kapiler paru dan masuk ke alveoli.
Ada beberapa bukti laboratorium dengan menggunakan hewan percobaan bahwa tidak semua larva masuk paru-paru. Namun gejala pada sebagian besar pasien yang terinfeksi mengeluhkan gejala pada paru-paru, sehingga disimpulkan bahwa kasus infeksi pada manusia hampir semuanya masuk ke dalam paru-paru.
Dari alveolus, larva bergerak ke ke epiglotis kemudian menuju kerongkongan dan turun ke usus. Di dalam usus cacing melakukan ganti kulit terakhir dan menjadi cacing protandrogonous. . Cacing menggali ke dalam mukosa kecil dan menghasilkan telur berembrio dalam waktu 25 sampai 30 hari setelah infeksi.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa embrio diproduksi secara partenogenetik, namun ada juga yang melaporkan bahwa telur merupakan hasil pembuahan.
Telur, rata-rata berukuran 54 x 32 mm dan ditutupi oleh cangkang tipis transparan. Telur menetas di mukosa kemudian menjadi larva rhabditiform. Larva rhabditiform dalam lumen usus keluar dari tubuh inang bersama tinja. Telur jarang ditemukan dalam tinja.
Dalam kondisi yang menguntungkan, larva tetap di dalam tanah serta mengalami empat kali ganti kulit hingga menjadi dewasa (hidup bebas). Namun, dalam kondisi yang merugikan, larva rhabditiform bermetamorfosis menjadi larva filariform yang infektif ada manusia.
Siklus Hidup Strongyloides stercoralis |
3. Fase Autoinfeksi
Selama perjalanan melalui saluran pencernaan larva rhabditiform dapat dengan cepat mengalami dua kali pergantian kulit menjadi larva filariform kemudian menembus mukosa usus atau kulit perianal lalu memasuki sistem peredaran darah. Cacing melanjutkan hidup parasit mereka tanpa pernah meninggalkan inangnya. Siklus seperti itu sering terjadi dan menyebabkan beberapa orang telah menyimpan infeksi selama lebih dari 50 tahun, serta mengakibatkan infeksi yang semakin berat, bahkan mematikan.
Penularan Strongyloides stercoralis
Manusia biasanya tertular infeksi melalui kontak dengan larva infektif di dalam tanah dan lebih jarang dari larva mengkontaminasi air.
Gejala terinfeksi Strongyloides stercoralis
Ada tiga gejala ketika manusia terinfeksi Strongyloides stercoralis yaitu gejala yang muncul pada kulit, paru, dan usus. Gejala pada kulit ditandai dengan sedikit pendarahan, pembengkakan, dan rasa gatal yang hebat pada tempat masuknya larva filariform. Migrasi larva melalui paru-paru menyebabkan gejala pada paru-paru. Kerusakan paru-paru karena migrasi larva tersebut menyebabkan reaksi seluler terjadi sehingga menunda atau mencegah migrasi ke tempat lain. Ketika hal tersebut terjadi, larva dapat berkembang di paru-paru dan mulai bereproduksi seperti di usus sehingga penderita mengalami sensasi terbakar di dada, batuk, dan gejala pneumonia bronkial lainnya.
Gejala pada usus muncul ketika cacing betina tertanam di mukosa. Infeksi sedang sampai berat menghasilkan rasa sakit dan rasa terbakar yang hebat di daerah perut, disertai dengan mual, muntah, dan diare intermiten. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan disentri kronis dan penurunan berat badan. Infeksi yang sangat berat dapat berakibat fatal.
Cara diagnosis yang paling mudah dan akurat adalah identifikasi mikroskopis larva rhabditiform atau filariform dalam tinja.
Pengobatan Infeksi Strongyloides stercoralis
Pengobatan dilakukan dengan pemberian 400 mg albendazole setiap hari selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ivermectin (200 mg/kg) satu kali dosis berhasil mengobati infeksi Strongyloides stercoralis dengan tingkat kesembuhan sebesar 90%.
Pencegahan Infeksi Strongyloides stercoralis
Pencegahan infeksi Strongyloides stercoralis adalah dengan menjaga sanitasi lingkungan. Tidak membuang kotoran manusia sembarangan serta mengobati orang yang telah terinfeksi agar tidak menyebarkan cacing ke orang lain di sekitarnya.
Demikian postingan tentang Siklus Hidup, Penularan, Gejala terinfeksi, Pengobatan, dan Pencegahan Strongyloides stercoralis. Semoga bermanfaat
Pentingnya menjaga pH tanah untuk kesuburan tanaman
Keasaman tanah
seringkali disebut dengan pH tanah. Keasaman atau pH tanah mempunyai nilai 1
hingga 14. pH 1 merupakan kondisi yang sangat asam, pH 14 merupakan kondisi
yang sangat basa sedangkan pH 7 merupakan kondisi netral. pH atau keasaman
tanah bisa berubah-ubah sesuai kondisi. Genangan di musim hujan biasanya menyebabkan
ph tanah turun.
pH tanah mempengaruhi penyerapan dari unsur hara. Setiap unsur hara misalnya unsur hidrogen fosfat atau kalium mempunyai rentangan ph tertentu agar dapat diserap optimal oleh tanaman. Secara umum, unsur-unsur hara dapat diserap oleh tanaman ketika pH tanah diantara 5,5 hingga 7. Itulah pentingnya mengukur dan mengatur pH tanah. Coba bayangkan kita sudah melakukan pemupukan pada tanaman kita, namun PH tanahnya sekitar 4 atau 5 maka pupuk kita tidak akan diserap oleh tanaman tersebut, jadi pemupukan yang kita lakukan sia-sia. Berikut adalah tabel tentang kisaran PH optimum untuk penyerapan tiap-tiap unsur hara.
Keasaman tanah
seringkali disebut dengan pH tanah. Keasaman atau pH tanah mempunyai nilai 1
hingga 14. pH 1 merupakan kondisi yang sangat asam, pH 14 merupakan kondisi
yang sangat basa sedangkan pH 7 merupakan kondisi netral. pH atau keasaman
tanah bisa berubah-ubah sesuai kondisi. Genangan di musim hujan biasanya menyebabkan
ph tanah turun.
pH tanah mempengaruhi penyerapan dari unsur hara. Setiap unsur hara misalnya unsur hidrogen fosfat atau kalium mempunyai rentangan ph tertentu agar dapat diserap optimal oleh tanaman. Secara umum, unsur-unsur hara dapat diserap oleh tanaman ketika pH tanah diantara 5,5 hingga 7. Itulah pentingnya mengukur dan mengatur pH tanah. Coba bayangkan kita sudah melakukan pemupukan pada tanaman kita, namun PH tanahnya sekitar 4 atau 5 maka pupuk kita tidak akan diserap oleh tanaman tersebut, jadi pemupukan yang kita lakukan sia-sia. Berikut adalah tabel tentang kisaran PH optimum untuk penyerapan tiap-tiap unsur hara.
Tabel pH yang optimal untuk penyerapan nutrisi |
Di tabel tersebut
terlihat ada daftar nama unsur hara, pH,
serta warna merah,
putih, biru dan hitam. Warna merah menunjukkan bahwa penyerapan
Hara tidak bisa terjadi sama sekali. Warna putih menunjukkan penyerapan unsur
hara dapat terjadi namun sangat sedikit. Warna hijau menunjukkan bahwa penyerapan unsur hara dapat terjadi cukup
banyak sedangkan warna hitam menunjukkan bahwa penyerapan nutrisi terjadi
sangat optimal.
Dari tabel tersebut dapat
kita baca bahwa unsur nitrogen fosfor dan kalium penyerapannya oleh tanaman
akan terjadi pada PH di atas 6,0 hingga PH 8, dan yang paling optimal adalah
pada pH 6,5 hingga 7. Penyerapan akan sangat sedikit ketika PH tanah dibawah 6
bahkan tidak akan terjadi penyerapan jika PH tanah adalah 5.
Untuk magnesium dan
kalsium tidak akan diserap tanaman ketika pH tanah dibawah 6,4. Magnesium dan
kalium baru akan diserap oleh tanaman jika pH tanah di atas 6,5 sama hingga 8
dan optimumnya pada pH 6,5 hingga 7.
Untuk zink dan besi penyerapan
oleh tanaman akan terjadi ketika PH tanah diatas 5 sampai dengan pH 7. Ketika
PH diatas 7, zink dan besi
tidak bisa diserap lagi oleh tanaman.
Pada gambar diatas
terlihat warna hitam antara pH 6,5 hingga pH 7. Warna hitam tersebut
menunjukkan pH optimun. Pada pH 6,5 hingga pH 7 tersebut semua unsur akan
diserap secara optimal.
Dalam tanah pertanian
jarang pH tanah naik hingga diatas 8. Namun pada musim hujan pH tanah cenderung
turun. pH tanah pada musim hujan bisa mencapai pH 5. Pada pH 5 pemupukan akan
sia-sia karena tidak bisa diserap oleh tanamam. pH tanah di musim hujan bisa
turun drastis karena air hujan mengandung nitrogen. Nitrogan dapat menyebabkan
pH tanah turun. Pemupukan dengan pupuk yang kaya nitrogen juga perlu dihindari
agar pH tanah tidak turun. Selain itu, pastikan sanitasi lahan Anda terjaga,
jangan biarkan ada genangan air di lahan anda.
pH tanah dapat dinaikkan dengan menambahkan kapur dolomit pada lahan pertanian anda. Harga kapur dolomit sangat terjangkau. Pada tahun 2021, harga kapur dolomit berkisar antara Rp. 2000-3000. Anda dapat menggunakan pH meter untuk mengukur pH tanah. pH meter dapat Anda beli di toko online dengan variasi harga antara 150.000-400.000 rupiah.
Demikian postingan tentang Pentingnya menjaga pH tanah untuk kesuburan tanaman. Semoga Bermanfaat.
Trichinella Spiralis : Morfologi, Siklus Hidup, Epidemiologi, Gejala infeksi, Diagnosis dan Pencegahannya
Cacing dewasa mempunyai bentuk kecil dan ramping . Individu jantan berukuran 1,5 x 0,04 mm, memiliki ujung posterior melengkung dengan dua pelengkap lobus yang disebut alae. Sistem reproduksi pria adalah testis tunggal yang terletak di sepertiga posterior dari tubuh. Cacing betina berukuran 3,5 x 0,06 mm, memiliki ujung posterior yang membulat dan bersifat monodelfis, dengan vulva di seperlima anterior tubuh.
Morfologi Trichinella Spiralis; (a). Jantan, (b). Betina |
Siklus Hidup Trichinella Spiralis
Infeksi cacing Trichinella
Spiralis dimulai dengan manusia yang memakan daging babi, beruang ataupun hewan
mamalia lainnya (karnivora dan omnivora), baik mentah ataupun yang sudah
dimasak namun tidak sempurna. Daging mamalia banyak mengandung kista yang
terdapat larva efektif yang masih hidup. Setelah manusia memakan hewan mamalia
maka kista akan masuk kedalam lambung dan terjadi eksitasi dan larva akan masuk
kedalam usus dan menjadi dewasa.
Pada hari keenam cacing
betina mulai mengeluarkan larva, biasanya cacing betina menghasilkan larva
sebanyak 1350-1500 ekor. pengeluaran larva akan berlangsung selama 4 minggu.
Kemudian larva akan bergerak menuju pembuuh darah dan menuju jantung serta
paru-paru dan akhirnya menembus otot.
Siklus Hidup Trichinella Spiralis |
Trichinella Spiralis disebut
juga cacing otot merupakan salah satu cacing
terbesar di dunia (kosmopolit), kecuali di kepulauan pasifik dan australia.
Infeksi cacing ini dapat ditentukan oleh adanya larva di dalam kista yang ada pada manusia atau melalui tes
intrakutan. Infeksi banyak ditemukan di daerah yang
penduduknya gemar makan daging babi ataupun daging hewan mamalia lainnya. Infeksi pada manusia tergantung jumlah larva yang ada
pada tubuh babi. Larva dapat dimatikan denga suhu 60 hingga 70ÂșC, namun larva
tidak akan mati pada daging yang diasap atau diasin.
Gejala infeksi Trichinella Spiralis
Setelah cacing masuk ke mukosa usus akan timbul gejala sakit perut dan diare. Gejala yang dikeluhkan tergantung dibagian manakah larva berada. Contohnya sembab di sekitar area mata jika larva menyebar ke bagian mata. Sakit di bagian persendian jika larva menyebar ke bagian persendian. Terjadi gangguan pernapasan jika larva menyebar ke paru-paru. Infeksi Trichinella spiralis dapat juga menyebabkan kelainan jantung atau kelainan syaraf. Jika penderita mengalami masa akut lebih dari 2 minggu maka biasanya akan menyebabkan kematian.
Diagnosis infeksi Trichinella Spiralis
Untuk mendiagnosis terjadinya infeksi cacing otot (Trichinella spiralis), tidak cukup jika hanya melihat gejala klinis pada pasien. Diagnosis yang pasti dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel tinja, test darah, X-Ray, USG dan CT-Scan. Infeksi Trichinella Spiralis juga ditandai dengan adanya benjolan memutih pada kulit berdiameter 5 mm atau lebih dan kulit memerah.
Pencegahan infeksi Trichinella Spiralis
- Hindari makan makanan mentah atau dimasak tidak
matang
- Mencuci buah atau sayuran sebelum dimakan
- Mencuci tangan sebelum makan atau sesudah dari
toilet
Pengobatan infeksi Trichinella Spiralis ada dua macam yaitu pengobatan spesifik dan pengobatan
simtomatik. Pengobatan spesifik adalah pengobatan yang dilakukan oleh dokter
dengan memberikan obat cacing spesifik, seperti mebendazole, piperazine dan
albendazole. Sedangkan pengobatan simtomatik adalah pengobatan yang dilakukan
dengan menyesuaikan gejala yang dikeluhkan oleh pasien, seperti obat analgetik untuk penghilang rasa sakit kepala
atau rasa nyeri pada otot dan obat sedatif untuk obat penenang apabila ada
kelainan pada saraf pusat.