Morfologi Virus Avian influenza
Virus influenza merupakan virus RNA
beruntai tunggal yang termasuk dalam famili Orthomyxoviridae ber envelope dengan bentuk pleiomorphic.
Virus ini yang mempunyai delapan segmen, berpolaritas negatif dan berbentuk
bulat atau filamen dengan diameter 50-120 nm x 200-300 nm. Masing-masing segmen
dari virus influenza tipe A terdiri dari protein Polymerase component 2 (PB2),
Polymerase component 1 (PB1) dan Polymerase component (PA)
yang mengkode Polymerase, Hemaglutinin (HA), Nucleocapsid (NP), Neuraminidase
(NA), Matrix Protein 1 (M1), Matrix Protein 2 (M2), Non
Structural Protein 1 (NS1), dan NonStructural Protein 2 (N2).
Protein-protein tersebut mempunyai peran masing-masing terhadap
kehidupan virus influenza tipe A. Berdasarkan perbedaan antigen nukleoprotein
dan matriks yang menyusunnya, virus ini diklasifikasikan menjadi
tiga tipe yaitu virus Influenza tipe A, B, dan C.
Virus
influenza A ditemukan pada unggas,manusia, babi, kuda, dan kadang-kadang pada
mamalia lain, misalnya cerpelai, anjing laut,dan ikan paus , sedangkan virus
Influenza B dan C hanya ditemukan pada manusia. Hemaglutinin (HA) dan Neuraminidase
(NA) bertanggung jawab terhadap virulensi, keganasan dan proteksi
terhadap virus. Berdasarkan
antigenitasnya, HA virus influenza tipe A dikenal 16 macam (H1-H16) sedangkan
NA dikenal sembilan macam (N1-N9).
Virus
Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karena menyebabkan angka
kesakitan dan kematian yang tinggi, di seluruh dunia. Virus influenza A ini
dapat menyebabkan pandemi karena mudahnya mereka bermutasi, baik berupa antigenic
drift ataupun antigenic shift sehingga membentuk varian-varian baru
yang lebih patogen.
Gambar 1. Struktur Virus Avian Influenza |
Sifat Virus Avian Influenza
Virus
Avian Influenza dapat bertahan hidup
tergantung pada suhu, pH, mineral, dan bahan organik. Virus Avian Influenza bertahan di dalam
lendir, darah dan tinja. Virus ini dapat persisten dan inefektif dalam feses
pada suhu 4°C selama 30-35 hari dan suhu 20°C selama 7 hari sedangkan dalam air
pada suhu 0°C selama lebih dari 30 hari dan suhu 28°C selama 26-30 hari.
Virus
Avian Influenza rentan terhadap
beberapa desinfektan seperti detergen, sodium hipoklorit, etanol 70%, aldehid
(formalin, glutaraldehid, formaldehid), fenol, iodium dan larutan lemak. Virus Avian Influenza tetap stabil pada pH
antara 5,5-8.
Penularan Virus Avian Influenza
Secara
teori, virus influenza dapat ditularkan melalui tiga cara, yakni lewat
aerosol, droplet dengan ukuran besar serta kontak langsung dengan sekresi atau
muntahan. Manifestasi Avian influenza
H5N1 yang menginfeksi manusia terutama pada saluran pernafasan melalui udara
yang mengandung virus atau dengan leleran
(droplet) infeksi dari unggas. Penularan infeksi juga dapat melalui air
liur, cairan hidung, feses, darah dan kontak langsung dengan cairan tubuh yang
terkontaminasi oleh virus Avian influenza.
Gejala klinis yang disebabkan oleh Virus Avian
Influenza
Masa
inkubasi virus avian influenza A
(H5N1) pada manusia sangat sulit ditentukan. Biasanya terjadi 2-3 hari setelah
infeksi. Menurut WHO untuk mendeteksi dan memonitor penderita masa inkubasinya
adalah 7 hari. Sebagian besar pasien memperlihatkan gejala awal berupa demam
tinggi (biasanya lebih dari 38°C.
dan gejala flu serta kelainan saluran nafas. Gejala lain yang dapat timbul
adalah diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan juga dapat
terjadi perdarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas mulai terjadi
setelah 1 minggu berikutnya.
Gejala
klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai dengan pneumonia
berat, dyspnea, tachypnea, gambaran radiografi yang abnormal seperti diffuse,
multifocal, patchy infiltrates; interstitial infiltrates; dan
kelainan segmental atau lobular. Kematian dan komplikasi biasanya disebabkan
oleh kegagalan pernafasan, acute respiratory distress syndrome (ARDS), ventilator-associated
pneumonia, pulmonary hemorrhage, pneumothorax, pancytopenia, Reye’s
syndrome, sepsis syndrome, dan bakteremia.
Respon Imun Terhadap Virus Avian Influenza
Antibodi
merupakan komponen utama respon imun spesifik untuk melindungi dari virus
influenza dan membentuk korelasi imun melalui vaksin influenza. Glikoprotein
virus Avian Influenza berupa 16
subtipe hemaglutinin (H) dan 9 subtipe neuraminidase (N) merupakan target utama
pembentukan antibodi. Infeksi virus Avian
Influenza secara sistemik menghasilkan antibodi terhadap glikoprotein
hemaglutinin (H) , neuraminidase (N) lalu antibodi yang terbentuk akan
menetralisir atau memblokir glikoprotein virus yang akan mengikat dengan
reseptor sel.
Pembentukan
antibodi terhadap neuraminidase (N) berupa antibodi yang menghambat
hemaglutinin dan terjadi peningkatan titer antibodi antara 4-7 minggu setelah
infeksi. Antibodi terhadap hemaglutinin (H) berperan penting dalam melindungi
dari infeksi virus dan menginduksi antibodi untuk menetralisir. Antibodi yang
terbentuk akan menghambat virus sebelum masuk ke dalam sel pada awal infeksi
maupun virus keluar dari sel yang terinfeksi dengan cara mengikat virus
tersebut kemudian melakukan uncoating
pada virus.
Pengendalian dan pencegahan Virus Avian
Influenza
Strategi
pengendalian dan pemberantasan yang efektif terhadap wabah Virus Avian Influenza meliputi biosecurity melalui manajemen all-in-all-out , isolasi unggas
terinfeksi dari unggas yang sehat, mengatur lalu lintas unggas, desinfeksi
terhadap kandang, serta sanitasi pekerja kandang. Hal lain yang juga membantu
pencegahan adalah dengan depopulasi atau pemusnahan terbatas di daerah
tertular, surveilans dan penulusuran, dan vaksinasi dapat menjadi alat kontrol
karena dapat menekan angka kematian dan sakit tetapi tidak mencegah infeksi dan
penyebaran virus. Hal yang lebih penting yaitu peningkatan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit avian influenza.
Patogenitas Virus Avian Influenza
Virus
Avian Influenza berdasarkan patogenitasnya dapat dibedakan menjadi dua
bentuk yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) dan Low Pathogenic
Avian Infuenza (LPAI). Bentuk HPAI
ditandai dengan angka kematian sampai 100% pada unggas terutama ayam
buras dan ras dengan atau tanpa menunjukkan gejala klinis sebelum
terjadi kematian. Di Asia, virus AI sub-tipe H5N1 termasuk virus strain HPAI.
Unggas air dan burung liar merupakan reservoir alami HPAI, karena
tidak menunjukkan gejala klinis HPAI. Dengan demikian, kedua unggas ini
merupakan salah satu media perantara yang dapat menyebarkan virus strain
HPAI menjadi semakin luas, sedangkan bentuk LPAI ditunjukkan dengan
gejala klinis yang lebih ringan, di antaranya gangguan saluran
pernafasan, depresi, dan penurunan produksi telur.
Diagnosis Laboratorium Virus Avian
Influenza
Gejala
klinis dan perubahan patologi yang ditimbulkan oleh Avian Influenza sangat
bervariasi. Untuk itu diperlukan suatu diagnosis definitif berdasarkan hasil
diagnosis laboratorium. Metode
serologis Avian Influenza dapat diidentifikasi dengan uji Haemagglutination
(HA) dan Haemagglutination Inhibition (HI), Neuraminidase
Inhibition (NI), Agar Gel Immunodiffusion (AGID), Serum
Neutralisation (SN), Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Uji HA dan HI
dilakukan berdasarkan sifat virus Avian Influenza yang dapat
mengaglutinasi sel darah merah (RBC) dan kemampuan antibodi spesifik untuk
menghambat aglutinasi tersebut. Uji ini
merupakan salah satu uji serologi standar yang direkomendasikan OIE untuk
mendeteksi keberadaan antibodi yang terdapat pada serum yang diperiksa.
Uji Neuraminidase Inhibition merupakan
suatu uji serologi untuk mengetahui titer antibodi dari hewan yang terinfeksi
virus Avian Influenza serta untuk mengidentifikasi subtipe Neuraminidase
dari isolat virus Avian Influenza. Uji AGID merupakan uji untuk
mendeteksi antibodi terhadap kelompok virus Influenza tipe A. Dalam
pelaksanaannya, uji ini relatif mudah dan
murah sehingga uji ini lebih banyak diaplikasikan di
laboratorium-laboratorium diagnostik.
Uji Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah uji yang berdasarkan
reaksi antara antigen dan antibodi spesifik dimana hasil reaksi dapat
diamati dengan menggunakan suatu label atau marker. Pada uji
ini reaksi terjadi dengan mengabsorbsikan antigen atau antibodi pada
suatu solid phase serta dengan memberi label suatu enzim. Uji
Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) adalah
ekstraksi virus RNA disintesis menjadi complementary DNA (cDNA)
dengan menggunakan Reverse Transcriptase.
Baca Juga :
Kata Kunci :
Morfologi Virus Avian influenza, Sifat Virus Avian Influenza, Penularan Virus Avian Influenza, Gejala klinis yang disebabkan oleh Virus Avian Influenza, Respon Imun Terhadap Virus Avian Influenza, Pengendalian dan pencegahan Virus Avian Influenza, Diagnosis Laboratorium Virus Avian Influenza,
0 komentar