Air minum isi ulang
merupakan salah satu usaha dalam penyediaan air minum yang saat ini berkembang
pesat untuk diproduksi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Perkembangan air
minum isi ulang berkembang di Indonesia sebagai pilihan alternatif bagi masyarakat
karena mahalnya air minum dalam kemasan. Air minum isi ulang harus memenuhi
peraturan sebagai air minum dimana sudah ditetapkan oleh menteri kesehatan
dalam permenkes nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum, air minum yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan
parameter tambahan. Dimana parameter wajib yang dimaksud merupakan persyaratan
kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh penyelenggara
air minum.
Air minum isi ulang dapat
diperoleh melalui depo – depo pengisian air minum yang berkembang pesat pada
tahun 2002 dengan harga sampai relatif murah dari harga berbagai air minum
kemasan yang bermerk. Depo air minum isi ulang merupakan suatu usaha dalam
mengolah air baku menjadi air minum yang kemudian dijual kepada pembeli. Depo
air minum isi ulang harus melakukan pengujian terhadap kualitas air yang
dihasilkannya ke Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang ditunjuk oleh
pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6 (enam)
bulan sekali, hal ini dimaksudkan untuk menjamin produk dari air minum isi
ulang yang dihasilkan, daya saing sehat antar depo air minum isi ulang dan
melindungi kesehatan konsumen.
Air minum isi ulang yang
berkualitas tergantung dari proses pengolahan dan pemurniannya. Proses tersebut
juga sangat bergantung dari kualitas air baku dan peralatan yang digunakan.
Pengolahan air minum isi ulang bertujuan untuk menghilangkan polutan maupun
pencemar yang bersifat fisika, kimia maupun mikrobiologis.
Proses pengolahan air depo isi ulang yang meliputi 8
tahapan, yaitu :
1. Air
baku untuk air minum isi ulang harus dipilih dan diambil dari sumber yang
terjamin kualitasnya.
2. Air
baku kemudian ditampung dalam tangki penyimpanan dan dibiarkan untuk beberapa
saat guna mengendapkan partikel-partikel padat.
3. Air
baku dilakukan proses pengolahan air setelah dilakukan pengendapan
4. Proses
filtrasi yang terdapat 3 tahapan, yaitu yang pertama adalah filter pasir yang
digunakan untuk menyaring pasir halus yang terdapat dalam air baku. Kedua yaitu
filter mangan zeolit yang bertugas menyaring mangan dan besi yang belum sempat
teroksidasi oleh klorin atau kaporit. Ketiga adalah karbon aktif berperan dalam
menghilangkan mikro berupa senyawa organik, detergen, bau, warna, senyawa
phenol, logam berat, dan lainya.
5. Selanjutnya
adalah air dialirkan kedalam catridge
filter. Catreidge filter bertugas
sebagai saringan halus yang berukuran maksimal 10 (sepuluh) mikron dalam
menyaring partikel-partikel yang tersisa guna memenuhi standar persyaratan air
minum.
6. Proses
sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu dengan mendidihkan
air, khlorinasi, ozonasi, atau sinar ultraviolet. Depo air minum isi ulang
banyak menggunakan metode sinar ultraviolet dalam proses sterilisasi. Lampu
ultraviolet dengan intensitas 30.000 MW sec/cm2 (Mikro Watt detik
persentimeter persegi), dimana air dialirkan pada tabung yang terdapat lampu
tersebut.
7. Setelah
proses sterilisasi dilakukan proses pembilasan pada wadah / gallon secara
higienis sehingga tidak ada kontaminan dari lingkungan luar atau dari gallon.
8. Proses
terakhir yaitu pengisian air pada gallon oleh operator secara higienis.
Parameter Kualitas Air Minum Isi Ulang
Parameter Fisik untuk Menentukan Kualitas Air Minum Isi Ulang
Parameter
fisik dalam air berperan dalam menentukan kualitas air. Parameter fisik
tersebut meliputi warna, bau, rasa dan kekeruhan. Bau dan rasa yang terdapat
pada air disebabkan oleh oleh adanya bahan kimia tertentu seperti gas H2S
yang dapat terbentuk dalam keadaan anaerob, senyawa-senyawa organik, serta
mikroorganisme berupa bakteri dan alga.
Kekeruhan
atau turbidity terjadi disebabkan
karena adanya particulate matter
dalam air seperti tanah liat, partikel koloid, plankton atau mikroorganisme yang juga dapat mempengaruhi kualitas
air maupun kemampuan air dalam menyerap sinar. Penyerapan sinar pada air
tersebut juga bergantung dari jumlah, ukuran bentuk partikel dan panjang
gelombang sinar yang masuk dalam air. Kekeruhan dalam air juga sangat
berpengaruh tehadap keberadaan mikrobiologis air karena bakteri tidak dapat
terdeteksi melalui pengukuran.
Parameter Kimia untuk Menentukan Kualitas Air Minum Isi Ulang
Bahan kimia yang terdapat
dalam air bukanlah bahan yang sengaja ditambahkan sperti halnya pada tambahan
makanan atau pestisida. Bahan kimia dalam air tidak diharapkan keberadaanya dan
terdapat batas bahan kimia tersebut masih boleh berada dalam air (tolerable daily intake/TDI) untuk
berbagai macam cemaran dengan toleransi yang berbeda-beda. Dalam Permenkes air
bersih maupun air minum tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah
yang melampaui batas. Dimana untuk parameter kimia meliputi: aluminium, besi,
kesadahan, klorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, ammonia dll. Bahan kimia
didalam air juga dibedakan berdasarkan bahan kima yang langsung berhubungan
dengan kesehatan dan ada yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan.
a.
Kesadahan
Kesadahan atau air
dapat dinyatakan sadah apabila air tersebut mengandung ion bermuatan positif
dengan jumlah yang tinggi. Ion bermuatan positif atau logam logam bervalensi 2
misalnya Fe, Sr, Mn, Ca, Mg, dll juga dapat menjadi penyebab keasadahan pada air.
Tetapi pada umumnya penyebab kesadahan atau ion terbesar adalah kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg).
Kesadahan yang
disebabkan oleh Ca dan Mg biasanya ditandai dengan kemampuan air dalam
mengendapkan busa sabun sehingga pemakaian sabun agar menghasilkan busa semakin
banyak. Ambang batas dari jumlah kalsium dalam air adalah 100 – 300 mg/L,
tergantung dari anion yang mengikat kalsium, sedangkan untuk ambang batas dari
magnesium lebih rendah dari kalsium. Ambang batas dari kesadahan total adaah
500 mg/L. Kadar kesadahan dipengaruhi oleh pH dan akalinitas. Air yang memiliki
tingkat kesadahan diatas 200 mg/L dapat menyebabkan kerak pada saluran pipa air
dan tangki dalam bangunan, penggunaan sabun berlebih yang kemudian dapat
menyebabkan sampah.
b.
Klorida
Konsentrasi klorida
yang tinggi memberikan rasa asin air dan minuman. Ambang batas rasa untuk anion
klorida tergantung pada kation terkait dan berada dalam kisaran 200-300 mg/L
untuk natrium, kalium dan kalsium klorida. Konsentrasi lebih dari 250 mg/L
semakin mungkin terdeteksi oleh rasa, tetapi beberapa konsumen mungkin terbiasa
dengan rendahnya tingkat rasa klorida yang diinduksi. Tidak ada pedoman
berbasis kesehatan tentang usulan untuk kadar klorida dalam air minum.
c.
Aluminium
Aluminium
merupakan unsur terbanyak, dimana jumlahnya sekitar 8% dari total unsur yang
ada di kerak bumi. Garam aluminum banyak digunakan dalam proses pengolahan air
sebagai koagulan dalam mengurangi bahan organik, warna, kekeruhan dan
mikroorganisme. Penggunaan aluminum dalam proses pengolahan air tersebut dapat
meningkatkan konsentrasi aluminum dalam air. Terdapat indikasi bahwa manusia
yang menelan aluminium dalam dosis tertentu dapat menyebabkan kercunan akut.
Selain itu juga terdapat hipotesa bahwa paparan aluminum dapat menjadi salah
satu faktor penyebab penyakit Alzheimer. Hipotesa tersebut juga dibenarkan oleh
WHO 1997 tentang dokumen Kriteria Kesehatan Lingkungan resiko tersebut dapat
terjadi jika paparan aluminium dalam air diatas 100µg/l, tetapi untuk ketepatan
berapa jumlah aluminium terhadap resiko Alzheimer masih belum dapat diprediksi
secara tepat.
d.
Besi
Faktor geologis
dan geografis dapat mempengaruhi kualitas air, dimana akan terjadi penyimpangan
pada parameter kimia tertentu yang telah ditetapkan. Unsur besi dalam air
merupakan salah satu contoh yang parameter kimia terpengaruh oleh kondisi
geologis dari tanah yang mengandung besi. Unsur besi dalam air berbentuk ion Fe2+
hal ini dikarenakan air berada kondisi anaerob sehingga melarutkan Fe3+.
Apabila air mendapatkan aerasi maka Fe3+ akan mengendap pada dasar
air sehingga dapat dilakukan penyaringan
Hal tersebut
ditunjukkan dengan reaksi berikut :
4Fe2+
+ O2 + 10 H2O 4
Fe(OH)3 + 8H+
Kadar besi dalam
air yang bersifat aerob tidak melebihi 0,3 mg/L, pada perairan alami sekitar 0,3
mg/liter, dan pada air tanah mencapai 10- 100 mg/L.
Pencemaran yang
diakibatkan oleh tingginya kadar besi pada air adalah kerusakan pada system
syaraf, gangguan pencernaan, gangguan organ ginjal, hati, dll tergantung pada
target logam tersebut. Gangguan terjadi akibat dari konsumsi air yang
mengandung besi secara terus menerus. Selain berdampak pada kesehatan besi juga
dapat menyebabkan warna kuning pada air, memberikan rasa yang tidak enak,
menyebabkan munculnya bakteri, dan menyebabkan kekeruhan pada air.
e. Mangan
Mangan memiliki
toksisitas yang cukup tinggi dimana pada konsentrasi yang cukup rendah efek
dari toksisitas mangan sudah tampak. Hal ini menyebabkan kadar mangan dalam air
minum yang diizinkan oleh kementrian kesehatan menjadi cukup rendah yaitu
sekitar 0,4 mg/L. Mangan berbentuk MnO2 biasanya ditemukan pada air
dengan kondisi aerob dan pada dasar perairan dijumpai dengan bentuk Mn2+
akibat dari kondisi airyang kekurangan oksigen atau Dissolved Oxygen (DO) yang rendah sehingga air yang berasal dari
dasar sumber air dijumpai mangan dengan konsentrasi yang tinggi.
Terdapat
penelitian pada hewan pengerat yang diberi paparan mangan dalam air minumnya,
hewan pengerat tersebut mengalami efek neurologis misalnya tremor dan gangguan
pada gaya berjalan. Sedangkan pada primata didahului dengan gejala psikologis
seperti cepat marah, emosi, labil yang hal tersebut tidak terlihat pada hewan
pengerat.
f.
pH
pH
(potential of Hydrogen) tidak
memiliki dampak langsung terhadap kesehatan tetapi pH merupakan salah satu
parameter kualitas air yang penting. Air yang akan didesinfeksi dengan khlorin
harus memiliki pH dibawah 8 tetapi tidak boleh rendah dari pH 7. pH yang rendah
dapat menyebabkan air bersifat korosif. Air yang memasuki distribusi harus
dikontrol pH-nya untuk menghindari korosi pada saluran pipa air. pH air yang
tidak bisa dikendalikan akan menyebabkan perubahan pada rasa dan warna pada
air. pH air bervariasi tergantung dari komposisi air, tetapi biasanya berada
pada kisaran 6,5 – 8,5.
Total Bakteri Koliform sebagai Parameter untuk Menentukan Kualitas Air Minum
Total
bakteri koliform meliputi berbagai bakteri aerobik, anaerobik, fakultatif,
bakteri gram negatif, bakteri yang tidak membentuk spora yang mampu tumbuh
dengan konsentrasi garam empedu yang tinggi dan mampu memfermentasi laktosa,
serta mampu memproduksi asam atau aldehyde
dalam waktu 24 jam pada suhu 35 – 37 oC. Escherechia Coli dan bakteri koliform tahan panas adalah bagian
dari total bakteri koliform yang dapat menfermentasi laktosa pada suhu tinggi.
Dalam memfermentasi laktosa, total bakteri koliform menghasilkan enzim β-galaktosidase. Total bakteri koliform
merupakan kelombok bakteri Escherechia,
Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter,
tetapi kelompok bakteri ini memiliki cakupan yang sangat luas dari genus
seperti Serratia dan Hafnia. Bakteri koliform biasanya
terdapat pada lingkungan alami dan pada feses manusia maupun binatang. Meskipun
kelompok bakteri ini kehadirannya tidak membahayakan bagi kesehatan, keberadaan
bakteri koliform menandakan air tersebut sudah tercemar (Wandrivel dkk, 2012).
Kelayakan air minum termasuk dari hasil pengolahan depot untuk parameter jumlah
bakteri koliform Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
492/MENKES/PER/IV/2010: Air minum yang aman harus terhindar dari kemungkinan
kontaminasi Escherechia Coli atau
total koliform tinja dengan standar 0 dalam100 ml air minum.
Terdapat
banyak prosedur sederhana dalam menghitung total bakteri koliform seperti
berdasarkan produksi asam dari fermentasi laktosa atau produksi enzim β-galakosidase. Prosedur tersebut dengan menginkubasi pada media selektif selama 24 jam suhu 35-37oC
kemudian dilakukan perhitungan koloni.
Total
bakteri koliform hilang setelah air dilakukan desinfeksi dan jika bakteri
tersebut masih ada menandakan proses desinfeksi tidak berhasil. Kehadiran total
bakteri koliform dalam distribusi air juga menandakan adanya kontaminasi bahan
asing,seperti dari tanah atau tanaman.
Demikian Postingan
tentang Proses Pengolaham dan Parameter Kualitas Air Minum Isi Ulang, SEMOGA BERMANFAAT
BACA JUGA :
KATA KUNCI :
Proses pengolahan air depo isi ulang, Parameter Kualitas Air Minum Isi Ulang, Parameter Fisik untuk Menentukan Kualitas Air Minum Isi Ulang, Parameter Kimia untuk Menentukan Kualitas Air Minum Isi Ulang, Total Bakteri Koliform sebagai Parameter untuk Menentukan Kualitas Air Minum
0 komentar