Transfusi darah ialah pemindahan
darah dari donor ke dalam peredaran darah resipien. Darah dan
berbagai komponen darah dapat ditransfusikan secara terpisah sesuai dengan
kebutuhan. Transfusi
darah merupakan bagian penting dari pelayanan kesehatan yang modern. Oleh
karenanya harus tepat penggunaannya agar aman untuk penderita yang
membutuhkannya dan dapat memperbaiki kesehatannya. Bagaimanapun juga seperti
pada pengobatan lainnya mungkin dapat juga menyebabkan komplikasi baik akut
maupun lanjut selain itu dapat pula membawa risiko lainnya
Komponen darah yang ditransfusikan
sesuai dengan yang diperlukan akan mengurangi kemungkinan reaksi transfusi, circulatoryoverload
dan penularan infeksi yang terjadi dibandingkan dengan transfusi darah lengkap. Oleh karenanya pemberian
transfusi darah yang kurang tepat
akan menimbulkan risiko pada penderita yang mendapatkannya sehingga sangatlah
penting untuk mengurangi transfusi
darah yang tidak diperlukan.
Jenis Jenis Transfusi Darah
A. Darah Penuh (Whole Blood, WB)
Darah penuh berisi
250 ml darah + 35 ml antikoagulan CPDA. Darah lengkap
berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma. Darah lengkap dilihat
dari masa penyimpanannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu darah segar (fresh
blood) dan darah yang disimpan (stored blood). Darah segar (fresh blood)
addalah darah yang disimpan
kurang dari 6 jam, masih lengkap mengandung trombosit dan faktor pembeku. Sedangkan darah yang disimpan (stored
blood) adalah
darah yang sudah disimpan lebih dari 6 jam. Darah dapat disimpan sampai dengan
35 hari dengan menggunakan antikoagulan CDPA.
Whole Blood dengan antikoagulan CPDA (Citrate
Phosphat Dextrode Adenin) disimpan pada suhu 2 – 6 0C
dan lama penyimpanan sampai 35 hari. Jika tidak disimpan pada suhu tersebut,
kemampuan untuk menyalurkan oksigen akan berkurang. CPDA mengandung dextrose dan adenine yang bersama-sama akan membantu sel darah mempertahankan ATP selama penyimpanan karena glucose merupakan zat yang penting untuk
menjaga daya tahan hidup sel darah merah. Alasan penyimpanan pada suhu 1 – 6 0C
adalah untuk menjaga dextrose agar
tidak cepat habis selain itu dalamsuhu tersebut akan mengurangi pertumbuhan
bakteri yang kemungkinan mengkontaminasi darah selama penyimpanan. Penyimpanan
darah di atas suhu
6 0C menyebabkan
pertumbuhan bakteri yang sangat cepat, sehingga mungkin dapat terjadinya reaksi
transfusi yang dapat berakibat fatal bagi penderita yang menerimanya.
Penggunaan Whole Blood:
1)
Penggunaan
WB untuk transfusi ditujukan untuk
menambah volume darah dan kemampuan untuk membawa O2 pada
kasus-kasus perdarahan akut dan perdarahan dalam jumlah besar.
2)
Pada
perdarahan akut dengan kehilangan darah < 15 % biasanya diberikan cairan
kristaloid (Normal Saline, Ringer
Laktat) atau koloid.
3)
Apabila
perdarahan mencapai > 15 % dan pasien berisiko
mengalami syok (renjatan) akibat perdarahan maka pemberian WB diindikasikan untuk memperbaiki volume dan membawa O2.
4)
Pada
pasien yang memiliki perdarahan melebihi 1/3 dari volume darah dalam tubuh,
cairan kristaloid harus diganti dengan cairan koloid (Dextran, Hydroxyethyl Starch/HES, Voluvent).
5)
Untuk
transfusi tukar digunakan darah yang berumur tidak lebih dari 4 – 5 hari.
Kontra
Indikasi penggunaan Whole Blood:
Whole Blood tidak
diindikasikan semata-mata untuk menggantikan volume darah maupun diperuntukkan
bagi pasien dengan anemia normovolumik karena berisiko tinggi.
Dosis dan Cara Pemberian Whole Blood
Satu unit darah lengkap
pada orang dewasa meningkatkan Hb sekitar 0,5
– 0,6 g/dL. Darah lengkap 8
mL/kg pada anak-anak akan meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL. Pemberian darah
lengkap sebaiknya melalui filter darah dengan kecepatan tetesan tergantung
keadaan klinis pasien, namun setiap unitnya sebaiknya diberikan dalam 4 jam.
B. Sel Darah Merah
(Packed Red Cell, PRC)
Sel darah merah berisi hemoglobin merupakan kelompok zat besi dan berisi
protein yang akan membawa oksigen keseluruh tubuh serta memberi warna merah pada darah.
Hematokrit adalah presentase volume darah yang berisi sel darah merah. Sel darah merah selalu
diproduksi oleh tubuh disamping itu ada juga proses penghancuran.Umur rata-rata
sel darah merah yang berada dalam system sirkulasi darah 120 hari dan selanjutnya
akan diambil oleh system reticuloendothelial,
khususnya limfa. Sel darah merah
yang tersedia di UTD (Unit TransfusiDarah) dalam bentuk Sel Darah Merah Pekat (PRC),
yang berasal dari WB yang sudah diproses melalui pemutaran dengan Refrigerated Centrifuge. Volume
PRC yang dihasilkan ± 200 ml dengan nilai hematokrit
70 – 80 %. Dengan proses
pengambilan plasma yang ada dalam WB maka akan mengurangi jumlah isoaglutinin
anti A dan anti B yang ada di dalam plasma. Pemberian PRC pada pasien harus dilakukan sesuai dengan golongan darahnya.
C. Sel Darah Merah Pekat yang Dicuci (Washed
Packed Red Cell, WRC)
Selain PRC juga disediakan komponen yang dicuci (WRC). Sel darah merah pekat yang dicuci adalah sel darah merah pekat yang setiap unitnya dicuci dengan
1 – 2 liter normal saline yang
bertujuan mengurangi 99
% protein, elektrolit dan antibodi. Sel darah merah cuci harus digunakan dalam waktu
24 jam (suhu penyimpanan 2
– 6 0C). Karena pembuatannya dilakukan secara terbuka
(open system)
selain
itu dengan dilakukan pencucian maka antikoagulan akan terambil sehingga tidak dapat disimpan lama.
D. Konsentrat
Trombosit (Thrombocyte Concentrate,TC)
Trombosit adalah sel
yang dibutuhkan pada
proses hemostatik primer dan bersirkulasi di tubuh dengan jumlah
150.000 – 400.000 /mm3. Trombosit dapat diperoleh dengan menggunakan mesin Refrigerated Centrifuge
sebagai pemutaran whole blood dengan kecepatan tertentu. Pembuatan TC harus selesai dalam waktu
6 – 8 jam setelah darah diambil dari donor. Selain secara
manual trombosit dapat diperoleh dengan alat apherasis, dengan alat ini seorang
donor dapat diambil hanya trombositnya saja atau komponen-komponen darah yang
lain sesuai yang dibutuhkan saja dan komponen darah lain yang tidak dibutuhkan dapat
dikembalikan lagi ke dalam tubuh.
E. Plasma
Segar Beku (Fresh Frozen Plasma, FFP)
Plasma segar beku atau lebih dikenal Fresh Frozen
Plasma (FFP) adalah
plasma yang dipisahkan dari whole blood dan disimpan pada suhu – 18 0C.
F. Cryoprecipitate
(CRYO)
Cryoprecipitated Anti Hemophilic Factor (Cryo AHF)
adalah
larutan dingin yang tidak larut yang tertinggal dalam plasma yang berasal dari FFP
yang dicairkan pada suhu 2 – 6 0C, kemudian dipisahkan dengan segera dibekukan lagi pada suhu – 18 0C.
Cryo berisi factor pembekuan termasuk faktor VIII, fibrinogen dan faktor XIII. Setiap kantong cryoprecipitate (15 – 30 ml) berisi 80 IU faktor VIII dan fibrinogen
100 – 350 mg (minimal 150 mg).
Pemberian Cryo tidak diperlukan cross
matching harus diberikan sesuai golongan darah ABO. Setelah dicairkan, cryoprecipitate harus ditransfusikan segera dalam waktu 4 jam.
Jenis Antikoagulan untuk Penyimpanan Kantong
darah
Pemberian zat
antikoagulan dalam kantong darah berfungsi menjaga agar tidak terjadi penggumpalan darah dan memberi nutrisi yang diperlukan
darah selama masa penyimpanan. Sel darah merah hanya dapat menyalurkan oksigen
bila daya hidupnya tetap dijaga, atau dengan kata lain bentuk dan fungsinya
tetap sama seperti ketika darah masih di dalam tubuh.
Pemilihan jenis antikoagulan akan
berpengaruh pada batas waktu penyimpanan darah donor dan tidak merubah fungsi
dan kualitas komponen darah. Jenis antikoagulan yang baik adalah yang tidak
merusak komponen-komponen
yang terkandung didalam darah dan harus sesuai dengan jenis komponen darah yang
dibutuhkan. Ada beberapa jenis antikoagulan yang dipakai untuk darah donor
antara lain:
A. ACD
(Acid Citrate Dextrose)
ACD
(Acid Citrate Dextrose) berisi asam sitrat
yang mengikat ion kalsium darah sehingga proses koagulasi dapat dicegah.
Garam
sitrat tersebut
di dalam
tubuh resipien akan dengan cepat dimetabolisir oleh hati
yang mempunyai fungsi
normal. Sedangkan dextrose disini diperlukan untuk nutrisi sel eritrosit.
Masa
simpan darah lengkap dalam ACD adalah sampai
21 hari
dimana masih terdapat 70% eritrosit yang hidup dan ini merupakan bataswaktu yang diperbolehkan.
B. CPD
(Citrate Phosphate Dextrose)
CPD (Citrate Phosphate Dextrose) merupakan anti koagulan yang mengandung fosfat. Fosfat yang terkandung CPD (Citrate Phosphate Dextrose) dalam diperlukan sebagai bahan buffer terhadap asam-asam yang timbul selama penyimpanan.
Masa
simpan darah lengkap disini juga sampai 21 hari.
C. CPDA
(Citrate Phosphate Dextrose Adenine)
Dengan tambahan Adenine dalam CPDA
(Citrate Phosphate Dextrose Adenine) maka post-transfussion
survival lebih besar dan masa simpan lebih
lama yaitu 35 hari.
D. Heparin
Heparin tidak berisi bahan pengawet eritrosit sehingga darah lengkap
yang menggunakan antikoagulan ini hanya berusia masa simpan 48 jam.
Zat yang paling penting
untuk menjaga daya hidup darah sel darah merah adalah glukosa (gula) dan adenosine triphosphate (ATP). Sangat penting untuk menjaga
keseimbangan antara ATP, glukosa, dan
pH (kadar keasaman). Zat antikoagulan yang umum digunakan adalah citrate phospate dextrose dengan adenine (CPDA). Zat tersebut mengandung dextrose
dan adenine yangbersama-sama membantu
sel darah mempertahankan ATP selama
penyimpanan, serta citrate yang menjaga agar darah tidak menggumpal.
Penyimpanan whole blood
dengan antikoagulan CPDA (Citrate Phosphat Dextrose Adenine)
disimpan selama penyimpanan 35 hari. Satu kantong unit tranfusi whole blood
berisi 250 mL darah dan 35 mL antikoagulan CPDA. CPDA
mengandung dextrose dan adenine yang bersama-sama akan membantu sel
darah mempertahankan ATP selama
penyimpanannya karena glukosa merupakan zat penting untuk menjaga daya hidup
sel darah. Penyimanan
darah pada suhu 2 sampai 6 0C sangat penting untuk menjaga agar dextrose tidak cepat habis.
Baca juga :
Suhu Penyimpanan Kantong Darah untuk Tranfusi Darah
Penyimpanan
darah harus dijaga pada suhu antara 2 sampai 6 0C. Alasan utama
pemberian transfusi darah adalah untuk mempertahankan kemampuan tubuh dalam
menyalurkan oksigen ke organ-organ yang membutuhkan. Apabila darah tidak
disimpan pada 2 sampai 6 0C, kemampuannya untuk menyalurkan oksigen
akan sangat berkurang.
Darah donor yang
belum segera ditranfusikan akan disimpan dalam refrigerator, suhu penyimpanan sangat berpengaruh terhadap kualitas
darah dan usia dari darah yang disimpan. Dalam penyimpanan darah direfrigerator suhu harus stabil dan harus
dilakukan pengontrolan setiap hari dengan memakai termometer yang berkualitas
baik agar angka yang ditunjukkan menunjukkan suhu yang sebenarnya. Penyimpanan
darah donor sebaiknya menggunakan refrigerator
yang mempunyai kipas angin didalamnya supaya suhu merata didalam ruang refrigerator dan juga harus ada
penanganan bila listrik mati. Suhu untuk penyimpanan darah donor berkisar
antara 2– 6 0C,
pada suhu ini proses glikolisis dalam darah dapat diperlambat. Dengan suhu yang
dingin diharapkan dapat mempertahankan fungsi komponen didalam darah (Suci,
2010).
Alasan
lain menyimpan darah pada suhu tersebut adalah untuk mengurangi pertumbuhan bakteri yang
mengontaminasi darah yang disimpan. Penyimpanan pada suhu di atas 6 0C
menyebabkan pertumbuhan bakteri yang sangat cepat sehingga transfusi darah dapat
berakibat fatal bagi penderita yang menerima.
Batas
penyimpanan 2 0C juga sangat penting, karena sel darah merah sangat
sensitif terhadap pembekuan. Apabila sel darah merah membeku, maka dinding sel
darah merah akan pecah dan hemoglobin akan keluar (hemolisa). Keadaan tersebut
juga berakibat fatal bagi penerima transfusi darah tersebut.
Suhu
di dalam lemari es dan lemari pembeku (freezer)
tempat menyimpan darah harus diperiksa dan dicatat secara berkala. Sebaiknya
suhu lemari es diperiksa dan dicatat paling tidak dua kali sehari.Cara paling
mudah dan aman untuk pemeriksaan suhu lemari es adalah dengan menggunakan
termometer.
Penelitian
yang dilakukan oleh Renmaur membuktikkan bahwa darah invitro atau dalam kantong
darah dan disimpan pada suhu yang rendah yaitu 2-6oC dalam
refrigerator, untuk memperlambat perubahan yang terjadi selama penyimpanan,
ditambahkan antikoagulan CPDA yang dapat mencegah terjadinya pembekuan darah
selama penyimpanan.
a. Teknik Penyimpanan Kantong Darah yang berisi Darah
Utuh (Whole Blood)
Dalam
teknik penyimpanan darah diperlukan kondisi khusus untuk darah dengan menjaga
suhu 2-6o C di refrigerator. Apabila
tidak memiliki refrigerator khusus
dapat digunakan refrigerator biasa
(seperti yang dipakai di dapur) dengan memperhatikan kondisi khusus. Kondisi khusus tersebut adalah
1) Kantong darah tidak disimpan
bersama reagen dan sampel, tidak boleh dicampur adukkan tempatnya. Apabila
hanya terdapat satu refrigerator,
penempatan juga harus dipisahkan
2) Pintu lemari refrigerator hanya boleh dibuka saat
menyimpan atau mengeluarkan kantong darah
3) Penempatan kantong darah harus
ditata sedemikian rapi sehingga terjadi sirkulasi udara diantara kantong darah
yang lain.
4) Kantong darah diposisikan
berdiri dalam keranjang atau mendatar diatas rak refrigerator.
5) Jangan menyimpan darah pada
pintu lemari refrigerator.
6) Jangan menyimpan darah dekat freezer (pembeku) refrigerator.
7) Jangan menyimpan makanan dan
minuman bersama kantong darah.
Memantau suhu refrigerator dan freezer (pembeku) refrigerato tetap harus dilakukan secara
berkala dan dicatat minimal dua kali sehari. Cara ini dapat dilakukan
menggunakan termometer. Pengukuran manual ini dilakukan untuk mencatat suhu
tertinggi dan suhu terendah yang dicapai pada refrigerator. Termometer ditempatkan pada pada satu rak selama satu
hari dan dipindahkan ke rak yang lain pada hari berikutnya. Hal ini dilakukan
untuk memantau perbedaan suhu di refrigerator .
Metabolisme darah selama
penyimpanan
Pada darah yang disimpan di luar tubuh (in vitro) seperti kantong
donor, dimana kondisinya berbeda dengan kondisi dalam tubuh, terjadi perubahan
dalam metabolisme darah tersebut. Adapun perubahan-perubahan yang terjadi
selama penyimpanan invitro tersebut adalah sebagai berikut :
a. Daya hidup sel darah merah
Pada waktu penyadapan dalam kantong darah ± 1 – 5 % sel darah
merah rusak. Setelah darah disimpan 2 minggu dalam Acid Citrate Dextrose,
walaupun hampir semua sel darah mudah hidup normal setelah ditransfusikan,
kira-kira 10 % musnah dalam waktu 24 jam. Setelah penyimpanan 4 minggu dalam
ACD, daya hidup setelah transfusi menurun dan sebanyak 25% dari sel darah merah
hancur dalam bekerja jam pertama setelah transfusi. Hilangnya daya hidup yang
disimpan disebabkan minimal oleh 2 faktor yaitu kekakuan membran sel darah
merah dan invitroreversible dengan penambahan ATP sebelum transfusi,
hilangnya lipid membran yang tidak dapat dicegah pada penyimpanan 40C.
b. Daya hidup trombosit
Pada waktu penyadapan yang terjadi kerusakan trombosit. Tergantung
pada suhu penyimpanan, lama simpan dan hidup trombosit berbeda-beda bila
disimpan pada 40 C daya hidup pendek, tapi daya hemostatik lebih
baik, dapat disimpan selama 72 jam , bila disimpan pada 18 – 200 C : daya hidup
lebih baik, daya hemostatik kurang, bila disimpan dengan goyangan dan dalam
kantong khusus dapat disimpan sekitar 5 hari.
c. Daya
hidup lekosit
Bila disimpan pada 40 C, setelah 48 jam timbul
perubahan bentuk yang besar dan setelah 72 jam kehilangan daya fagositosis.
d. Penurunan Kadar ATP
Selama penyimpanan kadar ATP
menurun dan ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada RBC yaitu : 1) Perubahan bentuk sel
dari ceper (discs) menjadi lebih bulat (spheres). 2) Hilangnya
lemak smembran sel (± 25 % setelah penyimpanan 28 hari dalam ACD. Menurunnya : critical
haemolotyc volume (mungkin berhubungan dengan hilangnya lemak membrane.
Kemampuan hidup leukosit
mengalami penurunan jumlahnya sebanding dengan masa simpannya, sehingga tejadi
kenaikan dari cytokine (subtansi protein yang dihasilkan leukosit ) yang
mengakibatkan reaksi pada saat transfusi
e. Pengaruh antikoagulan :
Penambahan dextrose :
dapat memperbaiki daya hidup RBC, karena dextrose hidrolisis aster phosphor
menurun. Selama penyimpanan dan yang merupakan sumber energi untuk sintesis
senyawa phosphatediphosphoglycorate dan ATP.
Demikian postingan tentang Transfusi Darah, Semoga bermanfaat
Kata Kunci Pencarian :
Jenis Jenis Transfusi Darah, Darah Penuh (Whole Blood, WB), Penggunaan Whole Blood, Penggunaan Whole Blood, Dosis dan Cara Pemberian Whole Blood, Sel Darah Merah (Packed Red Cell, PRC), Sel Darah Merah Pekat yang Dicuci (Washed Packed Red Cell, WRC), Konsentrat Trombosit (Thrombocyte Concentrate,TC), E. Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma, FFP), F. Cryoprecipitate (CRYO), enis Antikoagulan untuk Penyimpanan Kantong darah, ACD (Acid Citrate Dextrose), CPD (Citrate Phosphate Dextrose), CPDA (Citrate Phosphate Dextrose Adenine), Heparin, Suhu Penyimpanan Kantong Darah untuk Tranfusi Darah, Teknik Penyimpanan Kantong Darah yang berisi Darah Utuh (Whole Blood), Metabolisme darah selama penyimpanan,
0 komentar