Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman asli
kaki Bukit Selatan Himalaya di India, namun saat ini Moringa oleifera (Kelor) dapat
ditemukan hampir di seluruh negara-negara tropis. Moringa oleifera (Kelor) merupakan
komoditas pangan yang penting sebagai sumber gizi alami di daerah tropis. Daun,
buah, bunga, dan polong yang belum matang dari pohon kelor digunakan sebagai
sayuran bernutrisi di berbagai negara terutama di India, Pakistan, Filipina,
Hawaii dan banyak bagian Afrika.
Moringa
oleifera (Kelor )tumbuh
dalam bentuk pohon dengan tinggi 7 - 12 m. Batang berkayu (lignosus),
tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis dan memiliki permukaan yang kasar.
Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh
lurus dan memanjang. Budidaya Moringa
oleifera (Kelor) bisa
dilakukan secara generatif (biji) maupun vegetatif (stek batang). Tumbuhan ini
mampu tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai di ketinggian ±
1000 m di atas permukaan laut, dan di tanam oleh masyarakat sebagai tapal batas
atau pagar di halaman rumah atau ladang.
Klasifikasi
kelor (Moringa oleifera)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo :
Capparales
Famili : Moringaceae
Genus :
Moringa
Spesies : Moringa oleifera Manfaat Kelor (Moringa oleifera)
Seluruh bagian
dari tumbuhan kelor (Moringa oleifera)
dapat dikonsumsi oleh manuasia. Selain dimanfaatkan untuk menahan erosi dan
menyimpan air pada lereng bukit. Daun yang gugur juga membuat permukaan tanah
menjadi subur, karena seiring dengan waktu daun-daun itu akan menjadi kompos. Kegunaan lain Moringa oleifera (Kelor) meliputi:
sebagai makanan ternak (daun dan biji), biogas (daun), pewarna (kayu), pupuk
(biji) dan obat (seluruh bagian tumbuhan).
Moringa oleifera
(Kelor) disebut sebagai pemurni air dan
Super Nutrisi, juga digunakan untuk
penyembuhan berbagai penyakit. Berbagai bagian dari tanaman seperti daun, akar,
biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong matang, bertindak sebagai stimulan
jantung dan peredaran darah, memiliki anti-tumor, anti-inflamasi,
anti-hipertensi, penurun kolesterol, anti-oksidan, anti-diabetik,
aktivitas hepatoprotektif dan antibakteri dan antijamur. Pada bagian akar
kelor diolah untuk obat luar penyakit beri-beri, serta daunnya digunakan untuk
obat kulit. Sementara untuk obat dalam, sering dimanfaatkan untuk penyakit
rematik, epilepsi, kekurangan vitamin C, gangguan atau infeksi saluran kemih,
bahkan sampai penyakit kelamin “gonorrhoea”.
Obat alternatif
yang digunakan di Indonesia sangatlah banyak. Seiring berjalannya waktu saat
ini penggunaan obat berkembang sangat cepat. Salah satu contoh obat yang
digukan adalah kelor. Hampir semua bagian dari kelor dapat dimanfaatkan, beberapa referensi
menyebutkan bahwa daun kelor dapat mencegah stres oksidatif.
Penelitian in
vitro menunjukkan bahwa obat tradisional dapat seefektif obat modern sebagai
alternatif antibakteri patogen yang aman dan ekonomis. Selain sebagai
antibakteri ekstrak daun Moringa
oleifera (Kelor)dapat dimanfaatkan
sebagai antioksidan sehingga tanaman ini dapat dianggap sebagai sumber
antioksidan alami untuk melawan penuaan dan radikal bebas.
Kandungan Bahan Aktif pada Kelor (Moringae oleifera)
Kelor kaya dengan
senyawa yang mengandung gula sederhana dan senyawa yang cukup unik yaitu
glucosinolates dan isothiocyanates. Daun Moringa oleifera (Kelor) menjadi
sumber anti oksidan alami, suplemen makan, pencegahan hepatoksitas. Selain itu komponen
spesifik daun Moringa oleifera (Kelor) juga
digunakan sebagai obat hipertensi, antikanker dan aktivitas antibakteri
meliputi senyawa 4-(α-Lrhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate,
pterygospermin, Niazimicin, pterigospermin dan benzyl isothiocyanate.
Berkaitan dengan fungsi senyawa metabolik sekunder sebagai antibakteri dan
antivirus pada tanaman daun Morenga
oleifera (Kelor) selama
masa pertumbuhan terjadi perubahan kandungan komposisi senyawa fitokimia.
Kandungan fitokimia paling tinggi pada Moringa
oleifera (Kelor) terdapat pada daun yang
paling muda.
Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri Daun Kelor (Moringa oleifera)
Beberapa
penelitian menyatakan senyawa kimia dalam tanaman dapat bersifat antibakteri
yaitu mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
Daun
Moringa oleifera (Kelor) memiliki
beberapa senyawa metabolik sekunder seperti fenolik, alkaloid, tanin, dan
minyak atsiri esensial (essensial oils)
yang memiliki sifat antibakteri, pada daun Moringa
oleifera (Kelor) tanin
berperan sebagai pendenatusai protein dan mencegah perkembangan pencernaan bakteri,
sedangkan flavonoid senyawa yang mudah larut dalam air yaitu menghambat kerja
antibakteri dan antivirus.
Daun Kelor (Moringa oleifera) mengandung protein
dengan berat molekul rendah yang mempunyai aktifitas antibakteri dan antijamur.
Antibakteri digambarkan sebagai produk alami organik dalam menghambat bakteri,
yaitu dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran sel
dan melarutkan lemak yang terdapat pada
dinding sel. Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan terhambatnya
aktivitas dan biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi
mertabolisme hingga mengakibatkan kematian pada bakteri.
Antibakteri dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu antibakteri sintetik dan antibakteri
alami. Antibakteri sintetik adalah antibakteri yang diperoleh dari sintesa
reaksi kimia, yaitu Butil Hidroksi Anisol (BHA) dan Butil Hidroksi Toluene
(BHT). Antibakteri alami adalah senyawa yang diperoleh dari ekstrak bahan alami
pada tumbuh-tumbuhan, seperti tokeferol, karoten, flavonoid, dan phenolic. Antibakteri
alami banyak ditemukan dalam tumbuhan
Kelor
(Moringa
oleifera), salah satunya pada
bagian daun yang kaya akan senyawa fitokimia, karoten, vitamin, nineral senyawa
flavonoid, dan phenolic. Saponin, polifenol dan flavonoid berfungsi sebagai antibaktri tapi
dapat juga digunakan sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas.
Fungsi kandungan senyawa dalam daun
kelor adalah sebagai berikut:
1. Alkaloid merusak komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel bakteri tidak utuh
dan menyebabkan kematian bakteri
2. Flavonoid dapat mendenaturasi protein sel bakteri
dan merusak membran dan memiliki sifat antivirus yang meminimalis gejala
inflamasi dan masal sinus
3. Saponin mampu meningkatkan permeabilitas
membran sel yang mengakibatkan terjadinya hemolisis sel bakteri
4. Polifenol bekerja dengan membentuk ikatan
koagulasi protoplasma bakteri. Berperan sebagai pendenaturasi protein serta
mencegah proses perkembagan pencernaan bakteri
Cara Ekstraksi Senyawa Aktif dari Kelor
Ekstraksi adalah pemisahan
satu senyawa dari campuran beberapa senyawa. Ekstrak
adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyaring simplisia
nabati dan hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh sinar matahari yang
langsung. Ekstrak kering harus lebih mudah digerus menjadi serbuk.
Ekstraksi Senyawa Aktif dari Kelor
dengan Pemanasan
1. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstrak simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama
15 menit. Cara pembuatan infusum daun Moringa
oleifera (Kelor)yang telah
dikeringkan yaitu ditimbang 10 gram serbuk
daun Moringa oleifera (Kelor)dengan timbangan analitik, setelah
itu serbuk daun Moringa oleifera (Kelor)diletakkan dalam beaker glass dan
ditambahkan aquades sebanyak 100 mL, kemudian dipanaskan pada waterbat selama
15 menit dihitung mulai suhu mencapai 90oC, setelah itu larutan
disaring menggunakan kain flannel steril hingga ekstrak menjadi 100 mL.
2.
Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan cara
panas menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara kontinu dengan
jumlah pelarut yang relatif konstan. Alat soklet akan mengosongkan isinya
kedalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu.
Ekstraksi Senyawa Aktif dari Kelor tanpa
pemanasan
1.
Maserasi
Ekstraksi cara dingin atau maserasi merupakan proses penyarian senyawa
kimia pada suhu kamar dengan merendam sampel menggunakan pelarut air, ethanol
atau methanol hingga bahan mudah larut. Metode ini dilakukan pada bahan yang
tidak tahan panas. Bahan berupa serbuk simplisia yang halus direndam pada botol yang berwarna gelap atau
terlindungi dari cahaya matahari sampai meresap dan melemahkan susunan sel,
sehingga zat-zat yang mudah larut akan segera larut. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan
dari sampel dengan penyaringan. Kelemahan metode masrasi adalah waktu ekstraksi yang cukup lama 3-7
hari, pelarut yang digunakan cukup banyak dan besar kemungkinan beberapa
senyawa akan hilang.
2.
Digesti
Digesti adalah maserasi
kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan
pada suhu 40o-50oC
Demikian postingan tentang Manfaat dan Kandungan Senyawa Aktif Tanaman Kelor (Moringa oleifera). Semoga Bermanfaat
Baca Juga :
Kata Kunci
Klasifikasi kelor (Moringa oleifera), Manfaat Kelor (Moringa
oleifera), Kandungan Bahan Aktif pada Kelor (Moringae oleifera), Mekanisme
Kerja Senyawa Antibakteri Daun Kelor (Moringa
oleifera), Fungsi kandungan senyawa dalam daun kelor, Cara Ekstraksi
Senyawa Aktif dari Kelor, Ekstraksi Senyawa Aktif dari Kelor dengan Pemanasan,
Ekstraksi Senyawa Aktif dari Kelor tanpa pemanasan, Infusa, Sokletasi, Maserasi, Digesti
0 komentar