Setelah berhasil
mengembangkan teknik kloning DNA atau kloning gen seperti yang telah dibahas
pada postingan sebelumnya (Baca : Kloning DNA / Gen pada Bakteri dengan Memanfaatkan Enzim Restriksi dan DNA Ligase ). Para ilmuwan juga
mengembangkan teknik kloning organisme. Kloning organisme adalah perbanyakan
organisme (multiseluler) dari satu sel. Organisme hasil kloning mempunyai
materi genetik (DNA) yang identik dengan sel yang dikloning.
Penelitian tentang kloning awalnya dilakukan
oleh para meneliti untuk mengetahui konsep – konsep dasar dalam biologi.
Seperti untuk mengetahui apakah semua sel dalam suatu organisme mempunyai DNA /
gen yang sama atau sel akan kehilangan beberapa gen saat proses diferensiasi. Salah
satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan melakukan kloning pada
sel yang telah berdiferensiasi.
Dalam postingan ini akan dibahas tentang kloning tanaman dan kloning hewan yang salah satunya menghasilkan domba dolly.
Kloning Tanaman
Kloning tanaman
pertama kali berhasil dilakukan oleh F. C. Steward dan mahasiwanya di
Universitas Cornell pada tahun 1950. F. C. Steward berhasil menumbuhkan tanaman
wortel dari 1 sel wortel. Akar dari wortel awalnya di potong-potong hingga
terbentuk potongan – potongan kecil. Potongan – potongan wortel tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam media yang mengandung nutrisi dan diaduk-aduk.
Pengadukan yang dilakukan menyebabakan sel-sel tunggal tunggal dari wortel
melayang-layang dalam larutan. Setelah diinkubasi beberapa hari sel tunggal
dari wortel tersebut ternyata membelah diri jaringan embriogeik. Jaringan
embriogenik tersebut kemudian dipindahkan ke medium agar. Jaringan embriogenik
akhinya bisa tumbuh menjadi tanaman wortel yang utuh dan memiliki materi
genetik (DNA) yang sama dengan sel tunggal yang dikloning.
Hasil tersebut
sekaligus memberi jawaban bahwa gen (DNA) pada sel-sel yang telah berdiferensiasi
tidak mengalami perubahan, hal tersebut dibuktikan dari tumbuhnya sel tunggal akar
wortel menjadi tanaman wortel utuh. Kemampuan sel tunggal tersebut dinamakan
dengan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan suatu sel yang telah
berdiferensiasi membentuk suatu invividu baru.
Gambar 1. Kloning wortel dari sel tunggal wortel |
Kloning Hewan
Robert Briggs
and Thomas King (tahun 1959) dan John Gurdon (tahun 1970) melakukan kloning
hewan yaitu kloning katak (Rana pipiens) dengan tujuan untuk mengetahui apakah
sel hewan juga mempunyai kemampuan totipotesi seperti sel tumbuhan. Teknik
kloning yang digunakan oleh John Gurdon disebut dengan nuclear
transplantation yaitu memasukkan inti sel dari sel katak ke dalam sel telur
katak.
Inti sel telur
katak dihilangkan / dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan sinar UV.
Inti sel telur tersebut kemudian diganti dengan inti sel dari embrio katak yang
belum berdiferensiasi penuh dan inti sel dari berudu katak yang telah
berdiferensiasi penuh.
Ketika inti sel
yang dimasukkan ke dalam ke dalam sel telur adalah inti sel dari sel dari
embrio katak (belum berdiferensiasi ) hampir semua sel telur tersebut mampu
berkembang menjadi berudu. Namun ketika yang dimasukkan ke dalam sel telur
adalah inti sel dari sel berudu katak, hanya 2% dari sel telur yang dapat
berkembang menjadi katak sedangkan yang lain perkembangannya terhenti.
Pada tahun 1997,
peneliti dari Roslin Institute di Scotlandia mempublikasikan hasil
penelitiannya yaitu telah berhasil melakukakan kloning terhadap domba yang
disebut dengan domba Dolly.
Peneliti
tersebut mengisolasi sel somatik domba. Sel tersebut kemudian dikulturkan terlebih
dahulu pada nutrient-poor medium. Setelah dikulturkan, sel lalu di
fusikan pada sel telur domba yang inti selnya telah dihilangkan. Sel telur
kemudian berkembang menjadi embrio. Embrio tersebut kemudian diimplankan pada
uterus domba. Dalam uterus domba, embrio berhasil mengalami perkembangan menjadi
domba dan akhirnya berhasil dilahirkan. Domba yang terlahir tersebut dinamakan
dengan domba Dolly. Hasil analisis yang dilakukan oleh para peneliti
menunjukkan bahwa DNA dari domba dolly identik dengan DNA domba pendonor.
Gambar 3. proses kloning domba dolly |
Domba Dolly
tersebut pada usia 6 tahun menderita berbagai penyakit komplikasi seperti
penyakit paru-paru yang biasanya menjangkit domba yang sudah dewasa atau tua.
Sejak
keberhasilan kloning pada domba dolly, para peneliti terus menerus melakukan
penelitian dan berhasil melakukan kloning pada berbagai mamalia seperti kloning
tikus, kloning kucing, kloning sapi, kloning babi dan kloning kera. Dari
berbagai penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kloning hewan dari suatu sel
yang sama tidak selalu menghasilkan individu yang identik. Seperti yang terjadi
pada kloning sapi, sapi hasil kloning dari sel yang sama mempunyai karakteristik berbeda, ada yang
galak dan ada yang jinak.
Hasil kloning
pada percobaan kloning kucing yang pertama kali dilakukan juga mendapatkan
hasil kloning dengan karakteristik yang berbeda dengan kucing pendonor inti
sel. Kucing hasil kloning tersebut dinamakan dengan CC (Carbon Copy).
Kucing hasil kloning tersebut mempunyai jenis kelamin yang sama dengan kucing
pendonor inti sel namun corak pada bulunya berbeda. Hal itu disebabkan oleh perbedaan
kromosom X yang diinaktivasi (Baca :Penentuan Jenis Kelamin, Pola Pewarisan Kromosom Sex dan Gen yang Terpaut Kromosom Sex ).
Gambar 3. Karakteristik hewan hasil kloning bisa berbeda dengan karakteristik pendonor sel karena pengaruh faktor lingkungan |
Faktor-faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan embrio dan perkembangan suatu
individu hasil kloning. Bahkan bayi kembar identik (identical twin) yang
memiliki DNA sama pun dapat karakteristiknya berbeda karena dipengaruhi oleh
faktor lingkungan yang berbeda.
Meskipun
berbagai kloning hewan telah dilakukan, namun kloning hewan menggunakan donor
sel yang telah berdiferensiasi mempunyai tingkat kenerhasilan yang rendah,
seperti pada katak yang tingkat keberhasilannya hanya dibawah 2 %. Begitu juga
pada kloning domba dolly, dari beberapa ratus sel telur dalam percobaan, hanya
satu yang dapat berkembang dan terlahir. Meskipun berhasil dilahirkan domba
dolly ternyata menderita berbagai penyakit kelainan.
Melalui berbagai
penelitian yang panjang, akhirnya peneliti menemukan penyebab rendahnya
efisiensi dan abnormalitas pada kloning hewan. Penyebab tersebut adalah
penggunaan sel yang telah berdiferensiasi sebagai donor. Dalam sel yang telah berdiferensiasi, telah
terjadi beberapa regulasi ekspresi gen yang meliputi pengaktifan suatu gen atau
pembungkaman suatu ekspresi gen. Regulasi tersebut menyebabkan perubahan
struktur pada kromatin, seperti asetilasi histon atau metilasi DNA (Baca : Regulasi Ekspresi Gen Pada Eukariotik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DNA embrio
hasil kloning memiliki lebih banyak gugus metil dibanding dengan embrio hasil
pembuahan biasa. Gugus metil berfungsi untuk meregulasi ekspresi gen. Keberadaan
gugus metil tersebut (metilasi DNA) menyebabkan terganggunya pola ekspresi gen
yang dibutuhkan dalam perkembangan embrio
Demikian postingan tentang Kloning organisme : Kloning tanaman dan kloning hewan (katak, domba dolly), Semoga Bermanfaat.
Demikian postingan tentang Kloning organisme : Kloning tanaman dan kloning hewan (katak, domba dolly), Semoga Bermanfaat.
Kata Kunci :
Kloning organisme adalah, kloning adalah, penelitian tentang kloning, kloning tanaman, kloning wortel, totipotensi, kemampuan totipotensi, totipotensi adalah, Kloning Hewan, kloning katak,proses kloning domba dolly, hasil kloning domba dolly, Karakteristik hewan hasil kloning, domba dolly lahir cacat, domba dolly lahir tidak normal, pengaruh metilasi DNA pada kloning
0 komentar