Baik prokariotik
(bakteri) maupun eukariotik harus meregulasi atau mengatur ekspresi gen-gen
yang dimilikinya. Pangaturan atau regulasi tersebut meliputi kapan suatu gen
harus diekspresikan dan kapan suatu gen harus disilent (tidak diekspresikan). Pengaturan
atau regulasi ekspresi gen pada prokariotik (bakteri) biasanya menggunakan
model operon seperti yang telah dibahas pada postingan sebelumnya (Regulasi Ekspresi Gen pada Bakteri). Sedangkan Pengaturan atau regulasi ekspresi gen
pada eukariotik melalui beberapa tahapan/ tingkatan. Berikut adalah tahapan/
tingkatan dalam regulasi ekspresi gen pada eukariotik :
1. Regulasi ekspresi gen pada struktur kromatin
DNA di dalam sel
terpacking mambentuk kromatin. Dalam packing DNA membentuk kromatin atau
kromosom ada beberapa tahapan. DNA tergulung pada protein yang disebut dengan
protein histon membentuk nukleosom. Kumpulan nukleosom
tersebut digulung lagi membentuk suatu struktur menyerupai fiber. Fiber
tersebut digulung lagi hingga membentuk
kromatin. Berikut gambaran selengkapnya :
Gambar 1. Tahapan packing DNA hingga membentuk Kromatin / kromosom |
Salah satu
pengaturan atau regulasi ekspresi gen terjadi, ketika DNA menggulung pada
protein histon. Ujung N (N-terminus) dari setiap protein histon menonjol keluar
dari nukleosom. Penonjolan tersebut dengan dikatalisis enzim tertentu dapat
ditempeli berbagai gugus senyawa kimia, seperti seperti asetil (-COCH3),
metil,dan gugus fosfat. Sebagai contoh regulasi atau pengaturan ekspresi gen
yang terjadi adalah apabila terjadi penempelan gugus asetil (-COCH3)
pada protein histon (histone acetylation). Ketika terjadi histone
acetylation, kromatin menjadi terurai sehingga DNA bisa ditranskripsi
menjadi RNA.
Gambar 2. Ujung histon seringkali ditempeli gugus kimia, merupakan bagian dari regulasi ekspresi gen |
2. Regulasi ekspresi gen pada eukariotik saat proses inisiasi transkripsi DNA
Proses inisiasi
transkripsi DNA pada eukariotik lebih kompleks jika dibandingkan pada prokariotik.
Transkripsi DNA pada eukariotik harus melibatkan transcription factor
dan enhancer dan protein protein tertentu.
Enhancer adalah
urutan nukleotida yang jauh jaraknya cukup jauh dari gen. Transcription
factor adalah protein yang mempengaruhi terjadinya transkripsi DNA pada
eukariotik. Transcription factor dapat berupa aktivator atau
repressor.
Gambar 3. Inisiasi transkripsi dari eukariotik |
Gambar diatas
merupakan mekanisme dari inisiasi transkripsi pada eukariotik. Berikut
penjelasannya :
1. Transkripsi DNA
pada eukariotik diawali dengan menempelnya aktivator (protein) pada enhancer.
Enhancer mempunyai 3 situs ikatan (binding site) yang masing –
masing disebut dengan distal control element.
2. Setelah
aktivator menempel pada enhancer, bending protein akan berikatan dengan DNA
yang terletak diantara enhancer dan promotor. Ikatan DNA-bending protein
tersebut menyebabkan DNA membentuk loop, sehingga inducer yang telah ditempeli
aktivator berdekatan dengan promotor, transcription factor,
protein mediator, dan RNA polimerase II berdekatan.
3. Aktivator
kemudian berikatan dengan transcription factor, protein mediator
yang selanjutnya memicu terjadinya proses transkripsi DNA pada eukariotik.
Letak Regulasi
ekspresi gen ketika inisiasi transkripsi
tersebut ada pada transcription factor. Jika transcription
factor merupakan repressor, transkripsi DNA tidak dapat
berlangsung.
Pengaturan
ekspresi gen saat inisiasi transkripsi juga
terletak pada enhancer dan aktivator. Enhancer
mempunyai 3 situs ikatan (binding site) yang masing-masing
mengikat suatu aktivator yang spesifik. Jika dalam suatu sel terdapat aktivator
untuk masing- masing situs ikatan (binding site) maka proses
transkripsi dapat berlangsung. Sebagai contoh adalah regulasi ekspresi gen
ketika proses differensiasi embrio. Semua sel embrio memiliki gen – gen yang
sama, namun hanya bakal sel hati yang mengekspresikan protein albumin dan hanya
bakal sel lensa (mata) yang mengekspresikan kristalin. Control element (aktivator)
dari kedua gen tersebut mempunyai kombinasi yang berbeda walaupun mempunyai
satu jenis control element (aktivator). Pada Gambar 4, Control element
(aktivator) yang sama disimbolkan dengan warna abu-abu.
Gambar 4. control element (aktivator) pada gen pengkode protein albumin dan protein kristalin |
Transkripsi gen
pengkode protein kristalin akan terjadi jika ketiga Control element (aktivator)
ada dalam sel dan ketiganya hanya terdapat pada bakal sel lensa (mata), Sehingga
gen tersebut hanya terekspresi di sel lensa (mata) meskipun semua sel memiliki
gen tersebut.
3. Regulasi ekspresi gen eukariotik pada post-transkripsi
RNA hasil transkripsi
DNA dari eukariotik tidak langsung ditranslasi menjadi protein, namun harus
melewati beberapa proses terdahulu, salah satu proses yang harus dilalui yaitu intron
splicing.
RNA hasil
traskripsi pada eukariotik disebut dengan primary RNA. yang
terdiri dari bagian intron dan bagian ekson. Intron
adalah bagian atau segmen dari RNA yang tidak menyandikan asam amino, sedangkan
ekson adalah bagian atau segmen dari RNA yang menyandikan suatu asam amino. Intron
splicing adalah suatu proses pemotongan atau pembuangan bagian intron
dari primary RNA sehinnga membentuk mRNA. Dari proses intron
splicing tersebut terkadang suatu primary RNA dapat
membentuk mRNA yang berbeda-beda. Sebagai contoh, pada gen troponin yang
dapat menghasilkan 2 protein yang berbeda. primary RNA yang
dihasilkan dari gen tersebut mempunyai 5 ekson. Saat proses intron
splicing, primary RNA dapat menghasilkan mRNA yang
tersusun dari ekson ke-1, ke-2, ke-3, ke-5 atau yang tersusun dari ekson ke-1, ke-2,
ke-4, ke-5. Masing-masing mRNA tersebut menghasilkan protein yang
berbeda.
Gambar 6. Saat proses Intri splicing (RNA splicing), gen Troponin dapat menghasilkan 2 jenis mRNA |
Pada beberapa
sel eukariotik, inisiasi translasi mRNA menjadi protein membutuhkan suatu inisiator
yang sering kali disebut dengan initiation
factor. Sebagai contoh mekanisme translasi mRNA yang ada dalam telur.
Sebelum terjadi pembuahan, mRNA tersebut tidak ditranslasi menjadi protein.
Namun sesaat setelah pembuahan, initiation factor memicu terjadinya
proses translasi. Contoh lain suatu mRNA pada tanaman alga. mRNA tersebut
ketika kondisi gelap tidak ditranslasi. Namun ketika ada cahaya mRNA tersebut
segera ditranslasi menjadi protein.
Polipeptida (protein)
yang dihasilkan dari translasi belum merupakan protein fungsional. Polipeptida
(protein) tersebut harus diproses dan dimodifikasi terlebih dahulu agar menjadi
protein fungsional.
Beberapa protein
yang telah disintesis juga harus didegradasi apabila sudah tidak dibutuhkan
lagi, bahkan jika terus ada dalam sel, protein tersebut justru akan
membahayakan sel. Seperti protein siklin (cyclin) yang berperan dalam regulasi
siklus sel, protein siklin (cyclin) harus segera didegradasi tidak dibutuhkan
lagi. Protein yang akan didegradasi tersebut ditempeli oleh molekul kecil yang
disebut dengan ubiquitin. Protease kemudian mengenali ubiquitin yang telah
menempel pada protein. Kemudian protein tersebut di degradasi oleh protease.
Demikian postingan kali ini tentang Regulasi Ekspresi Gen Pada Eukariotik. SEMOGA BERMANFAAT
Selanjutnya Baca :
Baca Juga :
Aneuploidy : monosomi dan trisomi serta Penyakit yang Ditimbulkannya
Penentuan Jenis Kelamin, Pola Pewarisan Kromosom Sex dan Gen yang Terpaut Kromosom Sex
Penyakit Kelain Genetik yang Diwariskan Berdasarkan Sifat Resesif dan Cara Deteksinya
Kata Kunci :
Tahapan packing DNA hingga membentuk Kromatin / kromosom, protein histon, nuklrosom, kromatid, kromatin, ujung histon, ujung histon yang seringkali ditempeli gugus kimia, inisiasi transkripsi dari ekukariotik, transcription factor, enhancer, intron splicing pada gen troponin, Regulasi ekspresi gen eukariotik pada post-transkripsi, inisiasi translasi mRNA, protein siklin (cyclin).
0 komentar