Anatomi dan Morfologi Nematoda
Nematoda adalah jenis cacing yang berbentuk silindris,
memanjang dan meruncing di kedua ujungnya. Struktur atau design tubuh dari
nematoda berlapis-lapis seperti tabung dalam tabung. Lapisan terluar berupa
dinding sel, didalamnya lagi berupa lapisan otot, dan bagian paling dalam
berupa saluran pencernaan. Diantara lapissan-lapisan tersebut disebut dengan pseudocoelom
yang berupa cairan. Di dalam pseudocoelom tersebut terdapat beberapa
organ termasuk organ-organ reproduksi. Nematoda jantan lebih kecil dibanding
dengan nematoda betina.
Baca Juga : Karakteristik dan Ciri-Ciri Cestoda Atau Cacing Pita
Baca Juga : Karakteristik dan Ciri-Ciri Cestoda Atau Cacing Pita
Ukuran nematoda bervariasi tergantung spesiesnya. Ada yang
berukuran mikroskopis, ada juga yang memiliki panjang hingga 1 meter tetapi
sebagian besar cestoda mempunyai ukuran 1mm hingga 15 cm.
Gambar 1. Morfologi Nematoda; (a). Nematoda jantan, (b). nematoda betina |
Jika dilihat dari irisan melintang, bagian – bagian tibuh
atau struktur tubuh nematoda terdiri
dari Kutikula, hipodermis, otot, dan saluran pencernaan. Pejelasan dari
tiap – tiap struktur tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kutikula
Kutikula adalah lapisan terluar yang elastis dan menutupi
seluruh permukaan tubuh nematoda. Kutikula nematoda bukan sel mati, pada
kutikula nematoda terjadi proes metabolisme. Meskipun terlihat halus, pada
permukaan luar kutikula terdapat berbagai struktur seperti duri, bulu, kutil,
papilla dan lain – lain. Beberapa struktur berspesialiasi menjadi sensor dan
struktur yang mendukung pergerakan. Posisi dari struktur – struktur tersebut
sangat penting untuk penentuan spesies (kunci determinasi).
Gambar 2. Morfologi kutikula nematoda dilihat menggunakan TEM (Transmission Electron Micrograph ) |
Kutikula tidak hanya menutupi seluruh permukaan luar, tetapi
juga menutupi atau melapisi beberapa organ, seperti organ – organ dari saluran
pencernaan, esophagus, rectum, kloaka, vagina. Kutikula terdiri dari beberapa
lapisan, yaitu epikutila, eksokutila, mesokutila, dan endokutila.
Gambar 3. Lapisan - lapisan kultikula; terdiri dari epikutila, eksokutila, mesokutila, dan endokutila. |
2. Hipodermis
Fungsi utama hipodermis pada nematoda adalah membentuk
lapisan kutikula.
3. Otot
Lapisan otot nematoda berada di bawah lapisan hipodermis. Berdasarkan
susunan otor perkuadran, susunan lapisan otot pada nematoda dibedakan menjadi
tiga, yaitu polymyarian, holomyarian dan meromyarian.
Polymyarian adalah susunan otot pada nematoda
dengan beberapa berkas otot dalam tiap kuadran.
Holomyarian adalah susunan otot pada nematoda
dengan 1 atau 2 berkas otot dalam tiap kuadran.
Meromyarian adalah susunan otot pada nematoda
dengan 2 hingga 5 berkas otot dalam tiap kuadran.
Gambar 4. Variasi otot pada nematoda yaitu polymyarian, holomyarian dan meromyarian |
Setiap sel otot .terdiri dari bagian kontraktil (myofibril)
dan bagian non kontraktil yang ditemukan pada berbagai organela seperti inti
sel, mitokondria, ribosom dan retikulum endoplasma.
Proses sensorik diawali dari bagian nonkontraktil dari
tiap-tiap sel menuju ke batang saraf longitudinal. Lapisan otot terhubung ke
lapisan kutikula melalui berkas otot yang berasal dari bagian nonkontraktil
tiap sel da menerobos basal lamina yang ujungnya menempel pada bagian endokutikula.
Gambar 5. Keterkaitan antara otot dan syaraf nematoda |
Sistem Pencernan Nematoda
Sistem pencernaan atau saluran pencernaan cestoda sudah
lengkap, yaitu terdiri dari mulut, usus, kloaka dan lubang pengeluaran. Usus
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (foregut), usus tengah (midgut)
dan usus belakang (hind gut) seperti yang terlihat pada gambar 1.
Sistem Syaraf Nematoda
Ada dua sistem saraf pada nematoda, yaitu sistem circumesophageal
commissure atau nerve ring (syaraf cincin) seperti pada gambar 6.
Gambar 6. Sistem syaraf pada Nematoda; (a). Sistem syaraf Nematoda di ujung anterior, (b). Sistem syaraf Nematoda di ujung posterior |
Nematoda memiliki papilla.
Papila adalah suatu organ atau bagian tubuh dari cestoda yang berfungsi sebagai
mekanoreseptor dan kemoreseptor. yang berada disekitar mulut. Papila
mempunyai syaraf yang disebut dengan syaraf papiler. Syaraf papiler terhubung
dengan circumesophageal commissure.
Ada 2 tipe papilla,
yaitu papilla bibir (labial papillae) dan papilla sefalik (cephalic
papillae). Papilla bibir (labial papillae) berada di sekeliling
mulut sedangkan papilla sefalik (cephalic papillae) berada di belakang
bibir.
Selain kedua papilla tersebut juga ditemukan papilla pada beberapa
bagian tubuh. Contoh papilla ekor (caudal papillae) = papilla
yang biasanya dimiliki oleh nematoda jantan. Papilla tersebut berfungsi untuk
pembantu proses kopulasi.
Gambar 7. Posisi berbagai papila pada nematoda |
Sistem Ekskresi Nematoda
Organ sekresi nematoda yang utama adalah satu atau sepasang renette.
Renette adalah kelenjar uniseluler yang besar dan terhubung dengan
lubang pengeluaran.
Gambar 8. Sistem ekskresi pada Nemotada |
Sistem Reproduksi
Secara umun nematoda adalah spesies dioecious, yaitu ada
individu jantan dan individu betina kecuali beberapa spesies ada yang hermaprodit
seperti Strongyloides stercoralis.
Sistem reproduksi jantan pada nematoda
Hampir sebagian besar nematoda jantan mempunyai satu testis,
jarang sekali nematoda jantan memiliki 2 testis. Berdasarkan tempat penbentukan
sperma, testis nematoda digolongkan menjadi dua, yaitu tipe telogonik
dan tipe hologonik.
Testis tipe telogonik pada nematoda adalah testis yang pembelahan sel spermanya
terjadi pada ujung testis yang memanjang.
Testis tipe telogonik pada nematoda adalah testis
yang pembelahan sel spermanya terjadi pada seluruh bagian testis.
Terdapat vas deferen yang menghubungkan testis dengan
kloaka. Bagian vas deferen yang dekat dengan kloaka termodifikasi
menjadi seminal vesicle yang merupakan tempat penyimpanan sperma dan
menjadi ejaculatory duct. Pada beberapa spesies nematoda juga terdapat
kelenjar prostad di sepanjang ejaculatory duct.
Nematoda jantan mempunyai satu atau dua copulatory
spicule. Copulatory spicule adalah alat kopulasi nematoda jantan
yang berbentuk seperti pisau runcing dan agak melengkung serta terbungkus
kantong. Copulatory spicule berfungsi dalam proses kopulasi, yaitu
menjaga vulva betina tetap terbuka sehingga memudahkan sperma masuk ke dalam
saluran reproduksi betina. Selain itu, nematoda jantan juga memiliki spicule
guide atau gubernaculum yang fungsinya memandu spikula ketika
memanjang. Sperma nematoda tidak memiliki flagela atau akrosom dan pembungkus
inti.
Sistem reproduksi betina pada nematoda
Sebagain besar sistem reproduksi betina pada nematoda adalah
didelphic. Didelphic adalah sistem reproduksi betina pada
nematoda dengan dua ovarium silindris dan dua uterus. Hanya sebagian kecil
nematoda yang monodelphic (memiliki satu ovarium dan 1 uterus)
atau polydelphic (memiliki banyak ovarium dan banyak uterus).
Saluran uterus pada spesies didelphic dan polydelphic
menyatu membentuk vagina yang biasanya terletak pada tengah tubuh. Terdapat spermatheca
yang berfungsi untuk menyimpan sperma.
Molting
Molting secara umum dapat diartikan sebagai pergantian
kulit. Pada nematoda molting meliputi proses pembentukan kutikula baru,
melonggarnya kutikula lama, pecahnya kutikula lama, dan lepasnya kutikula lama
dari larva cestoda. Proses molting pada nematoda dikendalikan oleh cairan
exsheathing (exsheathing fluid). Cairan tersebut disekresikan oleh
larva nematoda. cairan exsheathing (exsheathing fluid) mencerna
kutikula pada bagian tertentu dari sisi dalam sehingga menyebabkan kutikula
menjadi kendur.
Nematoda mempunyai kemampuan untuk membentuk kutikula baru
sebelum kutikula lama lepas.
Beberapa nematoda dalam siklus hidupnya akan mengalami fase
lag yang sering disebut dengan hypobiosis. Pada hypobiosis
tahapan perkembangan larva cestoda terhenti dan larva nematoda mampu bertahan
pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kondisi ketika larva
menunggu atau mencari host baru. Perkembangan atau siklus hidup kembali akan
kembali berlangsung jika larva menemukan inang baru dan masuk ke dalam inang
tersebut. Pada beberapa spesies nematoda, hypobiosis terjadi ketika nematoda berada dalam definitive
host.
Gambar 10. Pola atau siklus hidup nematoda |
Larva nematoda
Sepanjang siklus hidupnya, nematoda mengalami beberapa
tahapan larva. Biasanya dituliskan berdasarkan urutannya yaitu : L1, L2, L3,
dan L4.
1. Larva Rhabditiform
Larva Rhabditiform adalah larva pertama yang biasanya
dialami oleh nematoda.
2. Larva Filariform
. Larva Filariform
biasanya adalah tahapan siklus hidup dari nematoda yang siap menginfeksi definitive
host.
3. Microfilaria
Permukaan tubuh microfilaria ditutupi oleh lapisan tipis dari
sel epidermis. Microfilaria umumnya ditemukan dalam sirkulasi darah dan
jaringan kulit. Microfilaria mempunyai panjang antara 0,2 dan 0,4 mm.
Gambar 11. Larva nematoda (a) Rhabditiform larva. (b) Filariform larva. (c) Sheathed filariform larva of Wuchereria. (d) Unsheathed microfilaria of Onchocerca |
Fisiologi Nematoda
Nematoda memperoleh energi (ATP) dari metabolisme glukosa.
Namun belum ada penelitian yang menyebutkan apakah metabolisme nematoda
bersifat aerob atau anaerob.
Cadangan makanan disimpan dalam bentuk glikogen. Glikogen
disimpan dalam hypodermis, usus, bagian non-kontraktil dari otot dan
organ-organ yang terlibat dalam sistem reproduksi.
Kata Kunci :
Kata Kunci :
Anatomi dan Morfologi Nematoda, Kutikula nematoda, Hipodermis nematoda, otot nematoda, Sistem Pencernan Nematoda, Sistem Syaraf Nematoda, Sistem Ekskresi Nematoda, Sistem Reproduksi, Sistem reproduksi jantan pada nematoda, Sistem reproduksi betina pada nematoda, Molting nematoda, Larva nematoda, Larva Rhabditiform, Larva Filariform, Microfilaria, Fisiologi Nematoda
0 komentar