Difusi
Difusi adalah perpindahan
suatu molekul atau senyawa dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah. Semua molekul di alam, baik dalam bentuk padat, cairan ataupun gas
memiliki kecenderungan untuk terus bergerak atau melakukan perpindahan. Contoh
terjadinya difusi adalah ketika setitik parfum menetes di dalam kamar, seketika
bau parfum tersebut akan menyebar ke seluruh kamar. Difusi juga terjadi ketika segumpal
gula dimasukkan ke dalam secangkir teh, gula tersebut berangsur-angsur akan
menyebar ke seluruh the walaupun tanpa diaduk terbukti the akan terasa manis.
Baca Juga : Heterotrof dan autotrof
Baca Juga : Heterotrof dan autotrof
Ada dua macam difusi yang terjadi pada sel, yaitu osmosis
dan difusi terfasilitasi.
Osmosis
Osmosis adalah proses difusi air
melewati membran selektif permeable. Air dapat melewati membran
tersebut, namun molekul atau senyawa lain yang terlarut tidak bisa melewatinya.
Ketika ada dua larutan dengan konsentrasi berbeda dipisahkan oleh membran selektif
permeable, air akan berdifusi dari larutan dengan konsentrasi air yang
tinggi menuju larutan dengan konsentrasi air yang lebih rendah hingga
konsentrasi air dari kedua larutan tersebut sama.
Membran sel mikroorganisme juga
mempunyai sifat selektif permeable, yaitu air dapat dengan mudah
berdifusi masuk atau keluar sel, namun beberapa senyawa lain tidak bisa
berdifusi keluar masuk ke dalam sel.
Ada beberapa kondisi yang
mementukan proses osmosis dalam sel, yaitu :
- Isotonik
Isotonik adalah kondisi dimana
konsentrasi air di dalam sel dan di luar sel sama.
- Hipotonik
Hipotonik adalah kondisi dimana
konsentrasi air di di luar sel lebih tinggi (konsentrasi terlarut rendah )
daripada di dalam sel. Kondisi tersebut menyebabkan air di luar sel akan
cenderung masuk ke dalam sel. Jika berada dalam lingkungan hipotonik, sel tanda
dinding sel akan membengkak dan bahkan pecah. Namun hampir semua bakteri dapat
bertahan atau toleran pada lingkungan hipotonik karena bakteri memiliki dinding
sel. Dinding sel tersebut berfungsi menahan sel agar tidak pecah.
Baca Juga : Plasmodium Penyebab Penyakit Malaria
Baca Juga : Plasmodium Penyebab Penyakit Malaria
![]() |
Gambar 1. Kondisi sel tanpa dinding sel ketika berada dalam lingkungan isotonik (kiri), hipotonik (tengah) dan hipertonik (kanan) |
- Hipertonik
Hipertonik adalah kondisi dimana
konsentrasi air di di luar sel lebih rendah (konsentrasi terlarut tinggi)
daripada di dalam sel. Kondisi tersebut menyebabkan air di dalam sel akan
cenderung keluar sel. Keluarnya air dari dalam sel menyebabkan sel menyusut.
Hal tersebut dapat menyebabkan sel rusak bahkan mati. Namun sel yang memiliki
dinding sel, seperti sel bakteri sedikit lebih tahan dalam kondisi hipertonik
karena dinding sel dapat menngurangi kerusakan sel. Meskipun demikian,
pertumbuhan bakteri akan terhambat ketika berada dalam kondisi hipertonik
sehingga hal tersebut dimanfaatkan untuk proses pengawetan, seperti pada
penggaraman ikan yang bertujuan agar ikan tidak cepat membusuk.
![]() |
Gambar 2. Sel ketika dinding sel ketika berada dalam lingkungan isotonik (kiri), hipotonik (tengah) dan hipertonik (kanan) |
Beberapa organisme melakukan
adaptasi untuk dapat bertahan hidup di lingkungannya. Alga dan amoeba yang
hidup di air tawar (hipotonik) harus melakukan adaptasi karena air akan terus
masuk ke dalam selnya. Alga mempunyai dinding sel yang mencegah agar sel tidak
pecah, Amoeba tidak mempunyai dinding sel, sehingga amoeba menggunakan vakuola
kontraktil untuk memompa air secara terus menerus keluar dari sel.
Mikroba yang hidup di lingkungan
dengan kadar garam tinggi (hipertonik) juga melakukan adaptasi untuk tetap
bertahan hidup. Halobakteria yang hidup di laut mati (kadar garam tinggi) melakukan
adaptasi dengan menyerap garam ke dalam selnya sehingga terbentuk kondisi
isotonik dengan lingkungannya.
Baca Juga : Sumber dan Bentuk Nutrisi Bakteri
Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion)
Senyawa-senyawa non-polar seperti
air, oksigen dan protein terlarut dapat dengan mudah berdifusi keluar atau
masuk ke dalam sel. Namun proses difusi melewati membran sel tersebut tidak
bisa terjadi dengan mudah pada senyawa-senyawa yang bersifat polar meskipun gradient
/ perbedaan konsentrasi cukup besar. Padahal sel membutuhkan banyak
senyawa-senyawa yang bersifat polar untuk metabolismenya, sehingga sel
melakukan mekanisme yang disebut dengan difusi terfasilitasi (facilitated
diffusion) untuk membawa masuk senyawa atau ion polar ke dalam selnya.
Difusi terfasilitasi (facilitated
diffusion) adalah proses difusi senyawa atau ion ke dalam sel yang dibantu
atau difasilitasi oleh suatu protein membran (carrier protein). Protein membran
(carrier protein) tersebut akan berikatan dengan senyawa / ion yang akan
difasilitasi kemudian melalui protein tersebut masuk ke dalam sel.
Protein membran (carrier protein)
yang memfasilitasi proses difusi tersebut bersifat sepesifik, artinya satu
protein tersebut hanya memfasilitasi difusi satu senyawa / ion saja. Sebagai
contoh, carrier protein yang memfasilitasi proses difusi glukosa berbeda dengan
carrier protein yang memfasilitasi proses difusi sodium. Carrier protein yang
memfasilitasi proses difusi glukosa tidak bisa memfasilitasi proses difusi
sodium.
![]() |
Gambar 3. Difusi terfasilitasi (facilitated diffusion) yang terjadi pada membran fosfolipid bilayer |
Demikian postingan tentang Transport pasif : Difusi, osmosis dan difusi terfasilitasi. SEMOGA BERMANFAAT
0 komentar